Mohon tunggu...
Ahmad Muayyad
Ahmad Muayyad Mohon Tunggu... -

Masih pelajar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Puasa; Momentum Menanggulangi Darurat Seksual

10 Juni 2016   13:51 Diperbarui: 10 Juni 2016   20:34 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semalam sempat membaca sebuah berita di kompas.com dengan judul “Sepasang Muda-mudi Bersetubuh di Gerbong, Penumpang Lain Protes” (Sumber). Miris. Miris sekali moral manusia zaman sekarang. Rasanya bukan hanya di Indonesia saja yang ‘Darurat Kekerasan Seksual’, seantero duniapun bisa jadi juga darurat. Namun lebih pada ‘Darurat Penyimpangan Seksual,’ mengingat pasangan muda-mudi di atas berhubungan seksual atas dasar nafsu berbumbu cinta, bukan atas dasar pemerkosaan.

Kadang saya berpikir, kok bisa ya manusia sebegitu tidak manusiawinya. Di negeri kita sendiri berita paling hot adalah pemerkosaan yang berujung pembunuhan Yuyun (14) oleh empas belas orang sekaligus. Bayangkan saja rasanya seperti apa gadis usia SMP diperkosa, kemudian dibunuh oleh empat belas pemuda sekaligus!.

Saya benar-benar tak paham, mengapa yang namanya manusia kok bisa sebegitu hewaninya. Kadang mereka saling bunuh demi hal sebetulnya tak begitu penting. Kadang mereka main bunting anak orang tanpa izin seperti kucing. 

Padahal manusia dan hewan jelas sangat tak sama dan tidak bisa disamakan!. Lhah ini kok malah pada berlomba-lomba meniru hewan ya?. Pertama, secara fisik manusia jelas berbeda dengan hewan—meskipun ada saja yang mirip. Kedua, manusia sudah dianugerahi akal. Akal inilah yang bertugas membedakan antara yang baik dan yang buruk.

Meskipun begitu, manusia dan hewan bisa saja dikatakan sama. Sama-sama memiliki nafsu. Nafsu di sini adalah sesuatu yang ditanam pada diri kita yang fungsinya agar kita memiliki hasrat. Nafsu bukan hasrat. Melainkan yang menjadikan hasrat itu ada. Hasrat dalam bahasa Arab disebut Syahwat. Berbeda dalam bahasa Indonesia yang sering memaknai nafsu dengan hasrat. Lewat perantara nafsu pula biasanya Syetan menggoda manusia.

Yang membedakan antara manusia dan hewan adalah pengaplikasian nafsu itu sendiri. Manusia mengaplikasikan nafsu dengan filter akal. Akal akan menyaring segala hasrat yang bersifat buruk, dan membahayakan. Sementara hewan mengaplikasikan nafsu tanpa filter akal. Masalah sekarang banyak hasrat bejat yang terlampiaskan lewat pemerkosaan itu karena nafsu yang tidak difilter dengan akal. Jangan-jangan karena akalnya pada rusak ya?. Atau bisa juga filternya jebol gara-gara nafsunya terlalu gede. Tapi tenang, nafsu bisa kita jinakkan supaya tidak terlalu gede.

Gampangnya, bayangkan kalau hasrat itu pisau, nafsu itu penjahat, dan akal itu Pak Ustad. Nafsu menjadikan hasrat, nah kalau kita tidak mengajari nafsu untuk menggunakan hasrat pada kebaikan, tentu bisa bahaya. Sama sepeti penjahat yng membuat pisau kemudian digunakan untuk kejahatan. Nah, disini tugas Pak Ustad untuk menghentikannya.

Menjinakkan Nafsu dengan Puasa

Nah, momen Ramadan seperti ini adalah momen yang pas buat menjinakkan nafsu. Ya, itu karena alat penjinak nafsu ialah puasa. Nafsu jadi jinak karena ibaratnya kita ambil pisaunya, sebab ketika puasa kita sedang meredam hasrat. Ada hadis yang kurang lebih menjelaskan bagaimana puasa mampu meredam hasrat yang disebabkan nafsu.

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, barang siapa yang telah mampu diantaramu untuk menikah, maka hendaklah menikah karena akan menundukkan pandanganmu dan memelihara kehormatanmu. Maka, siapa yang belum mampu hendaklah berpuasa. Karena itu merupakan pengekang hasrat (syahwat) baginya” (HR. Bukhari).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun