Teknik ini melibatkan proses mengukus kain yang telah ditempeli daun atau bunga. Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain kain, daun atau bunga, panci besar, dan air. Proses ini menghasilkan warna dan pola yang unik sesuai dengan cetakan alam yang digunakan.
3. Teknik Fermentasi Daun:
 Teknik ini melibatkan proses fermentasi daun untuk menciptakan motif batik. Meskipun tidak sepopuler teknik pounding dan steaming, teknik fermentasi daun menawarkan variasi dalam pembuatan batik ecoprint.
Alat dan bahan yang umumnya digunakan dalam pembuatan batik ecoprint antara lain kain, daun, bunga, air, tawas (alum), panci, kertas koran, dan gunting kain. Kain yang digunakan biasanya terbuat dari serat alami seperti katun, linen, atau rayon. Daun dan bunga yang digunakan bisa beragam,seperti daun  jati, daun lannag, daun kenikir, bungan kamboja, dan lain lain, tergantung pada motif yang diinginkan.
Praktik Pembuatan Batik Ecoprint oleh Mahasiswa IMM FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Dalam kegiatan praktik ini, teknik ecoprint yang digunakan adalah teknik steaming, di mana panas dari uap air digunakan untuk mentransfer warna dan motif dari daun ke kain. Para peserta dengan penuh kreativitas memanfaatkan berbagai jenis daun yang tersedia di Yumiko Ecoprint untuk menghasilkan motif unik dan menarik pada totebag mereka.Â
Dalam pembuatan totebag batik ecoprint ini tentunya terdapat persiaan alat dan bahan serta tahapan. Alat dan Bahan Batik Ecoprint diantaranya, (1) Kain: Gunakan kain yang terbuat dari serat alami seperti katun, linen, atau rayon. (2) Daun dan Bunga: Pilihlah daun-daun segar dengan ukuran dan bentuk yang menarik. (3) Air: Bahan utama untuk menjaga kelembapan kain dan membantu proses transfer warna dari daun ke kain. (4) Tawas (Alum): Digunakan untuk meningkatkan daya rekat pewarna alami daun pada kain. (5) Panci: Digunakan dalam proses perebusan daun dan kain. (6) Plastik mulsa : Fungsinya adalah untuk membungkus kain.(6) Gunting Kain: Digunakan untuk memotong kain dan daun sesuai kebutuhan. Lalu tahapan pembuatan diantaranya, (1) Persiapan Kain: Kain/Totebag  direndam dalam larutan tawas dan air selama kurang lebih sekitar 15 menit, (2) Pemilihan Daun dan Bunga: Pilihlah daun-daun segar dengan ukuran dan bentuk yang menarik, (3) Penyusunan Motif: Letakkan daun-daun yang telah dipilih di atas kain, (4) Pengikatan Kain: Kain dililit dan diikat dengan rapat sehingga tanaman yang ditempatkan di atasnya dapat meninggalkan jejak atau cetakan, (5) Perebusan: Kain tersebut dikukus (steaming) dengan pewarna alami, menghasilkan warna dan pola yang unik sesuai dengan cetakan alam yang digunakan. (6) Setelah proses perebusan selama 1 jam, totebag siap diangkat dari pengukusan, lalu jemur hingga kain totebag kering. Totebag ecoprint dengan keindahan motif alami siap digunakan.Â
Setelah kegiatan praktik dilakukan tentunya para peserta sangat terpukau dengan karya yang telah mereka buat. Mereka juga memahami dalam membuat ecoprint tentunya banyak tahapan yang tidak mudah. Baik dari pemilihan dan pencarian alat dan bahan hingga proses pembuatan. Mereka juga terinspirasi untuk mencoba batik ecoprint dengan berbagai macam teknik lain.
Pada pelatihan dan praktik yang dilakukan, kolaborasi antara seni dan kreativitas menghasilkan sinergi positif antara penciptaan artistik dan teknik kreatif. Ini tidak hanya memperluas wawasan seni, tetapi juga memperkaya nilai budaya lokal. Batik ecoprint memiliki banyak manfaat.Â
Dalam dunia fashion, desainer dan pembuat busana menggunakan batik ecoprint untuk menciptakan pakaian yang unik dan ramah lingkungan. Dalam pendidikan batik ecoprint mengajarkan siswa tentang seni dan pelestarian lingkungan.Â
Di industri, batik ecoprint juga digunakan dalam berbagai produk, mulai dari pakaian hingga aksesoris rumah. Dengan memperkenalkan Batik Ecoprint, identitas budaya lokal dapat diperkuat melalui karya seni yang unik dan berkelanjutan. Inovasi dalam teknik tekstil juga mendorong eksperimen dan perkembangan lebih lanjut.