Kerut keriput mata berkedut muka menirus
Duduk selonjor bersandar bangku berteman sendu
Bibir memerah gigi berselang celoteh tergerus
Angan mengembara ke awang-awang di lintas lalu
Berat beban pundak memanggul hati memikul
Separuh jiwa tinggalkan diri menemu mati di sepertiga diari
Mata-mata bening bersorot lugu berlaku gagu
Tiada guna bertopang dagu berkemelut rindu berseteru ragu
Hidup masihlah berlaku asap dapur mustilah mengepul
Tabahkan nurani kuadratkan nyali
Tengoklah kini generasi : berkerumun menimbun harta karun
Perempuan berjibaku meluruh peluh memerah keluh
“Kanak-kanak, hendaklah bersepaham dengan apa kata Emak ini.”
Emak ini perempuan masa kini berpunya profesi bercitra diri menjulang tinggi
Tak hendaklah Emak berpangku tangan menumpuk jenuh
Emak bercita : menyalin rupa emansipasi era ini
Betulkah Kartini berprofesi penuh gengsi berharga mati?
Ah, maka perempuan renta ini tlah mati berkali-kali
Ia cuma perempuan desa berstatus janda
Berperih lara berkayuh asa menjumput bahagia,
atas titah Sang Pencipta di alam raya
Bangga membuncah lega menggejala di titian hati
Meski kini kanak-kanak tlah lupa diri
Mengucilkan ia dalam senyap sendiri menanti sang mati
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Puisi Kartini. link: http://www.kompasiana.com/androgini
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community. link: https://www.facebook.com/groups/175201439229892/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H