Mohon tunggu...
Aielma Khoirun N
Aielma Khoirun N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hallo semua, udah mampir berapa kali kesini? mau tau tentang saya? yuk baca Aielma Khoirun Nisa' merupakan mana panjag saya, saya sering dipanggil; Aielma, Elma, ilma. hoby saya ya meluksi, kalo gak ngelukis ya jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Krisis Diam-Diam: Kesehatan Mental Karyawan Terancam

10 Oktober 2024   16:23 Diperbarui: 10 Oktober 2024   16:36 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di balik kesuksesan sebuah perusahaan, sering kali tersembunyi masalah kesehatan mental yang tidak terungkap. Stres kerja, tekanan untuk berprestasi, dan kurangnya dukungan sosial dapat memicu berbagai gangguan kesehatan mental pada karyawan. Fenomena ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga berdampak negatif pada produktivitas perusahaan. Mengapa masalah kesehatan mental di tempat kerja sering dianggap sebagai "krisis diamdiam" dan mengapa isu ini perlu diperhatikan? Mari kita bahas lebih lanjut.


Faktor-Faktor yang Memicu Masalah Kesehatan Mental

Kesehatan mental di tempat kerja telah menjadi isu yang semakin penting dan kompleks. Berbagai faktor mempengaruhi kesejahteraan karyawan, di antaranya lingkungan kerja, faktor psikologis, dan faktor sosial.

1. Faktor Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang tidak mendukung secara signifikan dapat meningkatkan risiko gangguan mental. Salah satu faktor utama adalah jam kerja yang panjang. Seorang karyawan mengungkapkan, "Pemicu utama masalah kesehatan mental yang saya alami adalah jam kerja yang panjang dan beban kerja yang berat. Rasanya seperti tidak ada waktu untuk beristirahat." Menurut data, sekitar 29,01% pekerja Indonesia bekerja lebih dari 48 jam seminggu, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Beban kerja yang berat juga menjadi penyebab utama masalah ini. Tenggat waktu yang ketat, pembagian peran yang tidak jelas, serta tuntutan emosional yang tinggi dapat meningkatkan tingkat stres. Karyawan yang merasa terbebani oleh tugas dan tanggung jawabnya sering kali mengalami stres kronis yang berdampak pada kesehatan mental.


2. Faktor Psikologis

Lingkungan kerja yang penuh tekanan dapat menyebabkan stres dan burnout yang tinggi. Karyawan yang terus-menerus menghadapi situasi stres tanpa adanya dukungan yang memadai cenderung mengalami burnout, yang dapat berdampak pada kinerja dan kepuasan kerja. Salah satu responden menyatakan, "Kurangnya apresiasi dari atasan membuat saya merasa tidak berkontribusi dan semakin stres." Hal ini menunjukkan bahwa faktor psikologis sangat mempengaruhi kesejahteraan mental karyawan. Karyawan yang merasa tidak dihargai atau tidak mendapatkan feedback yang konstruktif cenderung merasa tidak berkontribusi dan mengalami stres yang lebih tinggi.


3. Faktor Sosial

Faktor sosial juga berperan penting dalam meningkatkan risiko gangguan mental di tempat kerja. Intimidasi atau diskriminasi dari atasan atau rekan kerja dapat meningkatkan stres dan gangguan mental. Seorang karyawan berbagi, "Jika saya bisa mengubah satu hal di tempat kerja, saya ingin menghapus semua bentuk intimidasi. Lingkungan yang aman sangat penting untuk kesehatan mental." Karyawan yang merasa diintimidasi atau didiskriminasi sering kali merasa tidak aman dan tidak dihargai, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.


Dampak Meningkatnya Kasus Kesehatan Mental

Dampak meningkatnya kasus kesehatan mental di tempat kerja sangat luas dan berdampak pada berbagai aspek bisnis. Berikut beberapa dampak yang signifikan:

  • Penurunan Produktivitas: Gangguan mental dapat mengurangi produktivitas karyawan secara signifikan. Karyawan yang mengalami gangguan mental cenderung tidak dapat fokus dan efektif dalam melakukan tugas-tugasnya, yang pada akhirnya menurunkan efisiensi organisasi.
  • Meningkatnya Absensi: Karyawan yang mengalami gangguan mental cenderung memiliki tingkat absensi yang lebih tinggi. Hal ini berdampak pada kestabilan operasional perusahaan, karena keterlambatan dan kehadiran yang tidak teratur dapat mempengaruhi jadwal produksi dan layanan.
  • Kepuasan Kerja yang Menurun: Kesehatan mental yang buruk dapat membuat kepuasan kerja menurun. Karyawan yang merasa tidak sehat secara mental cenderung tidak puas dengan pekerjaannya dan lebih mungkin meninggalkan perusahaan.
  • Kerugian Ekonomi: Secara global, kerugian ekonomi akibat masalah kesehatan mental mencapai $1 triliun per tahun karena hilangnya produktivitas pekerja. Dengan demikian, perusahaan yang tidak memperhatikan kesehatan mental karyawannya berisiko mengalami kerugian ekonomi yang signifikan.

Sebuah studi oleh Biro Statistik Australia mengungkapkan bahwa sekitar satu dari lima orang dewasa Australia berusia 16 hingga 85 tahun akan mengalami setidaknya satu bentuk umum penyakit mental sepanjang tahun tertentu, dan 45% akan mengalami gangguan kesehatan mental atau penyalahgunaan zat dalam hidup mereka. Sebuah survei terhadap lebih dari 5.000 pekerja menunjukkan bahwa 25% pekerja mengambil cuti setiap tahun karena alasan yang berhubungan dengan stres.


Tanggung Jawab Perusahaan

Menghadapi krisis kesehatan mental ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga merupakan kewajiban perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung. Ketika ditanya tentang langkah pencegahan yang bisa diambil perusahaan, seorang karyawan menyarankan, "Perusahaan harus menyediakan akses yang lebih mudah ke layanan kesehatan mental dan program kesejahteraan." Dengan perhatian yang tepat terhadap kesehatan mental karyawan, perusahaan tidak hanya melindungi karyawannya, tetapi juga menjaga produktivitas dan keberlangsungan bisnis.


Solusi dan Pendekatan yang Dapat Diterapkan

Mengatasi krisis kesehatan mental karyawan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil oleh perusahaan:

  • Menciptakan Lingkungan yang Mendukung: Perusahaan perlu mengurangi stigma seputar kesehatan mental dengan menciptakan budaya yang terbuka. Program pelatihan untuk manajer dan karyawan agar lebih memahami masalah kesehatan mental sangat penting.
  • Akses ke Layanan Kesehatan Mental: Menyediakan akses yang lebih mudah ke layanan konseling dan terapi, baik secara langsung maupun melalui platform digital, adalah langkah yang krusial. Hal ini memungkinkan karyawan untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan ketika menghadapi masalah.
  • Kebijakan Fleksibel: Penerapan kebijakan keseimbangan kerja-hidup yang lebih fleksibel, seperti jam kerja yang dapat disesuaikan dan opsi kerja jarak jauh, dapat membantu karyawan mengelola stres dan menjaga kesehatan mental mereka.
  • Program Kesejahteraan: Menyediakan program kesejahteraan, seperti yoga, meditasi, atau sesi mindfulness, dapat meningkatkan kesejahteraan mental karyawan secara keseluruhan.

Survei Kesehatan Mental: Melakukan survei secara berkala untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekhawatiran karyawan terkait kesehatan mental mereka dapat membantu perusahaan menyesuaikan program dan dukungan yang ditawarkan.

Sumber:

Firdausyan, N. M., Taqiyuddin, A., Shalahuddin, A., & Quarina, Q. (2023). Kajian Vol. 1: Menilik Isu dan Urgensi Kesehatan Mental Pekerja Indonesia.

Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja -- Center for Public Mental Health (ugm.ac.id)

Australian Bureau of Statistics. (2024). Mental Health Statistics. Diambil dari https://www.abs.gov.au

Rogers, K. R., et al. (2020). "Stress and Mental Health in Health Care Workers: A Review." International Journal of Environmental Research and Public Health.

Leiter, M. P., & Maslach, C. (2016). "Burnout in Health Care: A Review of the Literature." Journal of Occupational Health Psychology.

World Health Organization (WHO). (n.d.). Mental health. Diakses dari https://www.who.int/health-topics/mental-health#tab=tab_1

Harvard Business Review. (n.d.). Opening Up About Mental Health at Work. Diakses dari https://www.harvardbusiness.org/opening-up-about-mental-health-at-work/

World Health Organization (WHO). (n.d.). Mental Health in the Workplace. Diakses dari https://www.who.int.

Harvard Business Review. (2021). How to Improve Employee Mental Health. Diakses dari https://hbr.org.

Mind Share Partners. (2021). Workplace Mental Health Report. Diakses dari https://mindsharepartners.org.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun