“Lha iya Koh, sakit palu-palu because of palu kan?”
“Haiyaaaa, ini olang susah kali, ini sakit palu-palu, bukan sakit kalna palu”.
“Aduuuuhhh pusyiiiinggg, ngomong opo tho Kokoh tabib ini. Katanya sakit palu-palu, kalau nggak because of palu trus karena opo?”
“Haiyaaaa, oe juga bingung sendili. Ini sakit palu-palu, bukan sakit palu”.
Raja Wicitrawirya yang terbaring di tempat tidur dan mendengarkan pembicaraan antara Mamahnya dengan tabib jadi pengen nenggak obat pencahar campur aspal panas.
“OK that’s it .. enough. Koh, aku ini sakit PA-RU PA-RU kan?!? Bukan PA-LU???”.
“NAAAAHHHH, Lu olang pintel laja, lu olang sakit palu-palu, bukan palu”.
“AAAAAAAAARRRRRRRRGGGHHHHHHH”.
Raja Wicitrawirya setres, Ratu Satyawati ngeces, Tabib pengen ikan pepes.
“Koh, adikku ini sakit Paru-paru kah? Pulmonology?”. Prince Bisma menengahi dengan bijak.
“YAAAAAAAAA, bener. Lu olang benel. Sakit palu-palu dibawa ke ahli palu-palu, pulmonology.
“OK Confirm, berarti sakit paru-paru, bukan palu is hammer kan?”
“100 !!! Haiyaaaa, lu olang pintel, kenapa tidak jadi doktel?”
“Mah kita segera bawa Adik ke Dokter spesialis paru-paru”.
“Ya ampyuuun, untung ada kamyuu Bisma. Mamah setress ngomong sama Kokoh Tabib ini”.
Raja Wicitrawirya akhirnya mendapatkan pengobatan intensif dari ahli paru-paru, sayang sungguh sayang, penyakitnya sudah stadium akhir, tidak bisa diselamatkan lagi. Hari itu juga, Raja Wicitrawirya menghembuskan nafas yang terakhir. Beliau meninggalkan seorang Mamah Satyawati, Seorang Kakak Tiri Prince Bisma dan 2 orang istri, Jeng Ambika dan Jeng Ambalika. Pecah tangis penghuni Kerajaan Hastinapura beserta seluruh rakyatnya. Raja mereka mangkat tanpa ada keturunan penerusnya.
Ratu Satyawati yang gusar karena Kerajaan dalam status pemerintahan geje, memanggil Prince Bisma.
“Bisma, anakyuuu. Negara ini tidak adya rajanya. Kalau kamyu ambil alih sementara gimana? How?”
“Mamah, mohon maaf. Saya tidak bisa. Saya sudah bersumpah untuk tidak menduduki tahta kerajaan”.
“Ya ampyuuun, forget it. Para Dewa akan memaklumi itchuu. Atau kalau kamyu tidak mau, kamyu bisa nikahin Ambika dan Ambalika. So, keturunanmu nanti yang jadi penerus. How?”
“Mamah, mohon maaf. Saya tidak bisa. Saya juga sudah bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup”.