(01/12/2024) Jember-Â Pasar Tanjung menjadi denyut nadi perekonomian lokal, tempat di mana cerita perjuangan pedagang menyatu dengan hiruk-pikuk perdagangan sehari-hari. Lokasi, seperti yang sering dikatakan, adalah faktor penting yang menentukan nasib pedagang. Namun, apakah benar lokasi menjadi segalanya?Â
Disini kita akan sedikit mengeksplorasi bagaimana lokasi memengaruhi kinerja pedagang dari berbagai perspektif.
1. Pedagang Ikan: Mengandalkan Posisi Strategis dan Loyalitas Pelanggan
Seorang pedagang ikan yang sudah 13 tahun berjualan di Pasar Tanjung memberikan gambaran mendalam. Berasal dari keluarga pedagang turun-temurun, ia memilih tetap setia di pasar ini karena sudah memiliki pelanggan tetap. Hasil jualannya didatangkan dari berbagai daerah seperti Probolinggo, menjamin pasokan tetap tersedia.
Pendapatan pedagang ikan ini sangat bergantung pada momen-momen besar seperti hari raya, di mana ia bisa meraup puluhan juta per hari. Namun, di hari biasa, penghasilan berkisar antara Rp3-5 juta per hari, dengan potensi penurunan hingga Rp2 juta saat pasar sepi. Tantangan utamanya adalah menjaga kesegaran ikan agar tetap layak jual, karena barang yang tak segar harus rela dibuang.
2. Pedagang Jamu: Mobilitas Menjadi Kunci
Berbeda dengan pedagang ikan, seorang pedagang jamu keliling yang sudah berjualan sejak 1994 menunjukkan bagaimana mobilitas mengatasi pengaruh lokasi. Dengan sepeda, ia berkeliling Pasar Tanjung dan sekitarnya menjajakan jamu racikannya sendiri. Motivasi utama berjualan jamu adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anaknya.
Penghasilannya tidak pasti, rata-rata Rp100 ribu per hari. Meski lokasi pasar tidak terlalu memengaruhi kinerjanya, ia berharap kondisi di Pasar Tanjung lebih mendukung aktivitas perdagangan, terutama dengan pembatasan kendaraan roda dua yang seringkali mengganggu akses pembeli dan pedagang.
Kesimpulan: Lokasi Adalah Relatif, Peluang Ada di Mana-Mana
Dari dua kisah ini, jelas bahwa lokasi tidak selalu menjadi faktor dominan bagi semua pedagang. Bagi pedagang ikan, posisi strategis dengan pelanggan tetap menjadi kekuatan utama. Namun, bagi pedagang jamu keliling, fleksibilitas dan jaringan pelanggan lebih penting daripada lokasi fisik.
Pasar Tanjung, sebagai episentrum perdagangan lokal, tidak hanya soal lokasi strategis, tetapi juga bagaimana pedagang memanfaatkan kondisi, menjalin hubungan dengan pelanggan, dan menghadapi tantangan sehari-hari. Cerita mereka adalah cerminan ketangguhan dan adaptasi yang terus menghidupkan denyut ekonomi pasar tradisional ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H