Raden Fatah adalah tokoh penting dalam sejarah Islam di Nusantara, terutama sebagai pendiri Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Nama Raden Fatah kerap dihubungkan dengan penyebaran agama Islam di Jawa ketika abad ke-15.
Asal Usul dan Keturunan
Raden Fatah lahir sekitar tahun 1455. Ia dikenal sebagai putra Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, dari seorang ibu yang berasal dari Champa (Vietnam). Meskipun ayahnya beragama Hindu-Buddha, Raden Fatah tumbuh sebagai seorang Muslim yang saleh. Setelah dewasa, ia pindah ke Demak, sebuah wilayah yang saat itu merupakan bagian dari Majapahit.
Pendiri Kesultanan Demak
Raden Fatah mendirikan Kesultanan Demak pada tahun 1478, setelah keruntuhan Majapahit. Dengan dukungan para wali, terutama Sunan Kalijaga dan Sunan Ampel, ia menjadikan Demak sebagai pusat pemerintahan dan penyebaran Islam di Jawa. Kesultanan Demak berkembang pesat sebagai kerajaan maritim dan menjadi kekuatan penting di pesisir utara Jawa.
Peran dalam Penyebaran Islam
Raden Fatah dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan religius. Ia bekerja sama dengan Walisongo, para ulama yang berperan besar dalam menyebarkan ajaran Islam di masyarakat Jawa melalui pendekatan budaya dan kesenian lokal. Di bawah kepemimpinannya, Demak menjadi pusat dakwah Islam yang memengaruhi wilayah-wilayah lain di Nusantara.
Karya Besar
Salah satu karya besar Raden Fatah adalah pendirian Masjid Agung Demak, yang hingga kini menjadi salah satu simbol penting perkembangan Islam di Jawa. Masjid ini dibangun dengan bantuan para wali dan mencerminkan perpaduan antara arsitektur tradisional Jawa dan nilai-nilai Islam. Masjid Demak dikenal dengan arsitektur khasnya yang berbeda dengan masjid di negara manapun, menggunakan atap bertingkat.
Warisan Sejarah
Raden Fatah wafat sekitar tahun 1518 dan dimakamkan di kompleks pemakaman Kadilangu, dekat Demak. Warisannya sebagai pemimpin yang mempersatukan budaya Jawa dan Islam tetap dikenang hingga kini. Kesultanan Demak yang ia dirikan menjadi cikal bakal penyebaran Islam ke seluruh penjuru Nusantara.
Raden Fatah bukan hanya seorang raja, tetapi juga seorang pemimpin spiritual yang menginspirasi, meninggalkan jejak abadi dalam sejarah Indonesia. Hidupnya yang berdedikasi tercermin dari penghargaan masyarakat terhadap sejarah yang diukirnya. Penghargaan yang nyata terlihat dari banyaknya pengunjung yang berziarah ke makam beliau.
Kami berombongan tiba di sana sekitar jam 12.00 WIB, peziarah keluar masuk, datang dan pergi secara terus-menerus.
Terlintas dalam pikiran kami, jangankan selama hidupnya, bahkan ketika sudah meninggalpun, beliau dan semua Walisongo tetap memberikan manfaat pada yang hidup.
Di pintu masuk berjejer para pedagang. Ada ratusan mobil rombongan peziarah dari berbagai kota, para tukang ojek yang mengantar pengunjung dari area parkir ke pemakaman, masyarakat sekitar yang menyediakan fasilitas umus seperti jeding dan toilet, juga para pengemis. Entah berapa jumlah total manusia yang ekonominya terbantu berkat keberadaan situs sejarah tersebut. Tentu pergerakan ekonomi tersebut tidak lepas dari seberapa besar peran tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H