Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Overqualified tapi Stuck, ASN S2 Hadapi Realitas Pahit

21 Maret 2025   04:00 Diperbarui: 25 Maret 2025   11:23 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ASN (Shutterstock via KOMPAS.com)

Supaya tidak ketinggalan dari rekan-rekan sejawat. Animo menjadi ASN sendiri sangat tinggi. 

Seperti yang dijelaskan oleh Kompas.id, namun birokrasi yang ada tidak selalu siap menampung mereka.

Masalahnya, birokrasi kita lebih lambat dibandingkan semangat belajar para ASN. Banyak instansi tidak memiliki formasi jabatan yang cukup untuk menampung lulusan S2 atau S3. 

Akibatnya, setelah menempuh pendidikan tinggi, ASN tetap harus kembali ke posisi lama. Yang mungkin tidak lagi sesuai dengan kompetensi mereka.

Menurut DiklatPemerintah.id, salah satu hambatan terbesar dalam mengelola ASN adalah sistem promosi yang tidak berbasis kompetensi. Melainkan senioritas dan kepangkatan. 

ASN yang lebih muda dan lebih berpendidikan. Sering harus menunggu bertahun-tahun sebelum bisa naik jabatan. Sementara mereka yang lebih senior tetap menduduki posisi strategis. Meski tidak memiliki kualifikasi akademik yang lebih tinggi.

Lalu, apa dampaknya bagi mereka yang terjebak dalam kondisi ini?

Ketika Motivasi Kerja Menurun dan Produktivitas Mandek

Bayangkan rasanya belajar bertahun-tahun tugas belajar. Mengorbankan waktu dan tenaga. Lalu akhirnya tetap harus mengerjakan tugas-tugas yang sama. Seperti sebelum kuliah. Tidak heran jika banyak ASN yang akhirnya tidak termotivasi.

Menurut penelitian Ejournal STKIP JB, fenomena overqualification dapat menyebabkan counterproductive work behavior. Alias perilaku kerja yang tidak produktif. 

ASN yang merasa tidak dihargai kompetensinya bisa jadi kurang disiplin. Bekerja seadanya. Atau bahkan mencari kepuasan di luar pekerjaan utama mereka.

Selain itu, ada relative deprivation. Konsep ini menjelaskan bagaimana seseorang bisa merasa dirugikan. Ketika melihat orang lain dengan kualifikasi lebih rendah mendapatkan posisi yang sama atau bahkan lebih tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun