Rangga Umar mengungkapkan filosofi bisnis kuliner yang lebih dari sekadar rasa, tapi fokus pada pengalaman pelanggan.
Sejak pertama kali terjun ke dunia kuliner pada tahun 2006 dengan modal hanya Rp 3 juta, Rangga Umar memiliki pandangan unik tentang cara menjalankan bisnis kuliner.
Ia tidak hanya fokus pada rasa, melainkan juga pada pengalaman pelanggan yang memuaskan. Kini, bisnis kuliner bagi Rangga lebih dari sekadar resep atau rasa; ini tentang menciptakan pengalaman menyeluruh yang membuat pelanggan merasa dihargai.
Rangga Umar adalah pemilik jaringan restoran Pecel Lele Lela yang memiliki 135 cabang di Indonesia dan 6 cabang di luar negeri, serta mengasuh Komunitas Kuliner Mastery untuk berbagi pengetahuan dan mendukung sesama pengusaha kuliner.
Bisnis Kuliner Lebih dari Sekadar Rasa
Dalam dunia kuliner, kita sering kali terjebak dalam anggapan bahwa bisnis ini hanya tentang menciptakan rasa yang lezat atau mencari resep yang sempurna.
Namun, perjalanan Rangga Umar menunjukkan bahwa kesuksesan dalam bisnis kuliner jauh lebih dalam daripada itu.
Berbicara mengenai kuliner, kita tidak hanya berbicara tentang rasa atau bahan baku, tetapi juga pengalaman yang diberikan kepada pelanggan.
Rangga mengajarkan bahwa untuk sukses dalam bisnis ini, kita harus berpikir lebih besar daripada sekadar makanan yang enak.
Pengusaha kuliner harus berinovasi dalam berbagai aspek, dari produk yang ditawarkan hingga cara mereka memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Saya setuju dengan konsep pengalaman pelanggan yang dijadikan inti oleh Rangga. Hal ini bukan hanya soal menghidangkan makanan yang lezat, tetapi bagaimana menciptakan suasana yang membuat pelanggan merasa dihargai.
Pengalaman pelanggan inilah yang akan memastikan pelanggan kembali, dan lebih penting lagi, mereka akan merekomendasikan tempat kita kepada orang lain.
Lebih dari Rasa, Menghadirkan Pengalaman
Melihat sudut pandang yang diambil oleh Rangga Umar, saya rasa ini sangat relevan dengan budaya masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan hubungan sosial.
Di Indonesia, makan bersama adalah sebuah aktivitas sosial yang sangat penting, dan ini adalah aspek yang tidak boleh dilupakan dalam menjalankan bisnis kuliner.
Pengusaha kuliner di Indonesia tidak hanya sekadar menyediakan makanan, tetapi mereka juga menyediakan ruang bagi pelanggan untuk menikmati kebersamaan.
Menurut Rangga, “bisnis kuliner itu tentang menciptakan pengalaman yang mengesankan.” Ini menunjukkan bahwa budaya Indonesia yang erat dengan pelayanan yang diberikan.
Bukan hanya soal makanan enak, tetapi juga pengalaman yang diberikan selama pelanggan berada di tempat usaha kuliner kita. Pelanggan yang merasa nyaman dan dihargai, akan merasa puas dan kembali lagi.
Hal ini membuat bisnis kuliner tidak hanya berkutat pada produk, tetapi juga pada bagaimana pelanggan merasakan ikatan emosional dengan tempat makan tersebut.
Kolaborasi dan Inovasi sebagai Kunci Keberhasilan
Jika kita menggali lebih dalam, ada dua hal yang menjadi kunci utama dalam kesuksesan bisnis kuliner menurut Rangga, yaitu inovasi produk dan pelayanan yang mendalam.
Pada poin ini, saya ingin menambahkan bahwa dalam dunia kuliner Indonesia yang begitu dinamis, kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi adalah keharusan.
Kita tidak bisa hanya bergantung pada satu menu atau produk yang sudah ada. Seiring berjalannya waktu, pasar dan selera pelanggan akan berubah.
Oleh karena itu, inovasi yang terus-menerus harus menjadi bagian dari DNA setiap pengusaha kuliner.
Namun, inovasi saja tidak cukup. Rangga dengan jelas menggarisbawahi bahwa keberhasilan bisnis kuliner tidak hanya datang dari produk yang menarik, tetapi juga dari bagaimana mindset dan blueprint bisnis yang jelas diterapkan.
Dalam hal ini, saya setuju bahwa menuliskan impian dan tujuan dalam buku seperti yang dilakukan Rangga, adalah langkah yang sangat bijaksana.
Ketika kita memiliki tujuan yang jelas, kita bisa lebih mudah mengevaluasi langkah-langkah yang diambil dalam perjalanan bisnis.
Menurut Rangga, membuat blueprint bisnis itu sangat penting. Sebab tanpa perencanaan yang matang, bisnis yang kita jalankan akan seperti kapal tanpa arah.
Lebih lanjut lagi, mindset pertumbuhan (growth mindset) yang diusung oleh Rangga juga sangat relevan. Seperti yang dijelaskan Rangga, setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Dalam dunia kuliner, persaingan ketat dan masalah operasional yang datang silih berganti memang tak terhindarkan.
Namun, daripada melihat masalah sebagai hambatan, kita justru harus melihatnya sebagai peluang untuk memperbaiki diri dan usaha kita.
Ini adalah perspektif yang sangat penting, apalagi dalam industri kuliner yang sering kali penuh dengan ketidakpastian.
Kolaborasi dan Komunitas: Menguatkan dalam Dunia yang Penuh Kompetisi
Jika ada satu hal yang membuat bisnis kuliner Rangga Umar berbeda dari pengusaha lainnya, itu adalah kemampuannya untuk membangun komunitas.
Dalam dunia yang penuh dengan kompetisi seperti bisnis kuliner, sangat jarang kita melihat pengusaha yang tidak hanya fokus pada keuntungan pribadi, tetapi juga berusaha untuk membangun komunitas yang saling mendukung.
Komunitas Kuliner Masteri yang dibentuk Rangga adalah contoh konkret dari kekuatan kolaborasi antar pengusaha kuliner.
Dalam komunitas tersebut, berbagi resep, ide, dan pengalaman menjadi hal yang biasa. Hal ini tentu sangat berbeda dengan budaya kompetisi yang sering kali terjadi di dunia bisnis.
Sebagai contoh, anggota komunitas ini bukan hanya bersaing, tetapi mereka bekerja sama untuk berkembang bersama. Mereka saling membantu, berbagi pengetahuan, dan mendukung satu sama lain.
Ini adalah salah satu alasan kenapa bisnis kuliner Rangga bisa bertahan lama dan berkembang, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri seperti Malaysia.
Pada titik ini, saya rasa pendekatan kolaboratif ini sangat relevan dengan nilai-nilai sosial yang ada di Indonesia. Indonesia adalah negara yang sangat mengutamakan kebersamaan dan gotong royong.
Oleh karena itu, pengusaha kuliner yang tidak hanya berfokus pada keuntungan pribadi, tetapi juga pada kesejahteraan bersama, akan mendapatkan kepercayaan lebih dari masyarakat. Komunitas seperti Kuliner Masteri juga memberikan ruang bagi pengusaha kuliner untuk terus belajar, berbagi, dan berkembang tanpa merasa terancam oleh kompetitor.
Adaptasi dan Inovasi untuk Bertahan
Dalam dunia yang semakin cepat berubah, penting bagi bisnis kuliner untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan tren yang ada.
Rangga Umar juga menekankan pentingnya pembelajaran berkelanjutan dalam bisnis kuliner. Bisnis kuliner yang tidak bisa beradaptasi dengan perubahan zaman, akan kesulitan untuk bertahan.
Tren seperti makanan sehat, penggunaan bahan-bahan lokal, dan konsep restoran yang ramah lingkungan kini semakin digemari.
Jika pengusaha kuliner tidak bisa berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan ini, mereka akan kehilangan kesempatan untuk menarik pelanggan baru yang semakin peduli dengan isu-isu tersebut.
Dalam hal ini, rangkaian adaptasi dan inovasi yang dilakukan Rangga adalah contoh bagaimana pengusaha kuliner bisa tetap relevan dan berkembang di pasar yang sangat dinamis.
Kesimpulan
Kisah Rangga Umar adalah contoh nyata bahwa sukses dalam bisnis kuliner bukan hanya tentang menghasilkan makanan enak, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman pelanggan yang tak terlupakan.
Bisnis kuliner yang sukses harus berfokus pada inovasi produk, pelayanan yang berkesan, dan tentu saja, kolaborasi yang saling menguntungkan antar pengusaha kuliner.
Selain itu, memiliki blueprint bisnis yang jelas dan mindset pertumbuhan yang sehat juga sangat penting untuk menghadapi segala tantangan yang datang.
***
Referensi:
- Pecah Telur. (2023, November 23). Bisnis kuliner BUKAN hanya MASAK ENAK, tapi...!! - Growth mindset pengusaha [Video]. YouTube. https: //www. youtube. com/watch?v=177VhJBHHdk
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI