Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Gizi dan Rezeki, MBG dan Dilema Pedagang Kantin

11 Januari 2025   02:00 Diperbarui: 10 Januari 2025   14:37 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah dilema yang sering terjadi dalam kebijakan publik: keputusan yang baik untuk satu kelompok bisa berakibat buruk bagi kelompok lain.

Di Balik Kebijakan yang Baik, Ada Tantangan Ekonomi yang Tidak Bisa Diabaikan

Melihat situasi yang dihadapi oleh pedagang kantin, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa mereka juga bagian dari ekosistem ekonomi yang lebih besar. 

Penurunan omzet yang mencapai 50% hingga 80% sebagaimana dilaporkan oleh Jatim Times, jelas merupakan beban berat bagi mereka yang bergantung pada pendapatan harian dari usaha kecil mereka. 

Pada dasarnya, pedagang kantin sekolah bukan hanya sekadar penjual makanan, tetapi juga bagian dari kehidupan sosial di sekolah yang sering kali dekat dengan siswa dan orangtua mereka. 

Mereka adalah bagian dari komunitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sekolah itu sendiri.

Selain itu, adaptasi yang diharapkan oleh pemerintah bukanlah hal yang mudah dilakukan. 

Dalam artikel Kompas.com, disebutkan bahwa beberapa pedagang sudah mencoba untuk beralih menjual makanan ringan, seperti cireng atau snack kemasan. 

Meskipun demikian, keuntungan dari penjualan makanan ringan ini jelas tidak sebanding dengan penjualan makanan berat yang sebelumnya mereka jual, terutama nasi dengan lauk yang lebih mengenyangkan. 

Hal ini menambah beban bagi mereka, yang kini harus menghadapi persaingan dengan pedagang lain yang juga mengubah model usaha mereka.

Penting untuk disadari bahwa kebijakan MBG, meskipun bertujuan mulia, juga menciptakan ketidakpastian yang cukup besar di kalangan pedagang. 

Ini menunjukkan bahwa dalam merancang kebijakan publik, pemerintah harus lebih sensitif terhadap dampak ekonomi yang ditimbulkan, terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun