Misalnya, dalam beberapa kasus pembangunan infrastruktur di daerah tertentu yang dilakukan tanpa mendengarkan aspirasi warga, yang justru menimbulkan masalah sosial yang baru.Â
Argumen ini didukung dengan fakta bahwa partisipasi masyarakat dapat mengurangi potensi konflik sosial.Â
Ketika masyarakat merasa bahwa mereka dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, mereka cenderung merasa dihargai dan dianggap bagian dari solusi, bukan sekadar objek kebijakan.Â
Hal ini sangat penting dalam konteks Indonesia, dengan keanekaragaman sosial dan budaya yang dimilikinya.Â
Dalam hal ini, melibatkan masyarakat dapat memperkuat legitimasi kebijakan dan memastikan bahwa kebijakan tersebut benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan riil masyarakat.Â
Model-Partisipasi yang Bisa Diterapkan di IndonesiaÂ
Namun, partisipasi masyarakat itu bukanlah hal yang satu ukuran untuk semua. Setiap daerah, dengan kekhasan sosial, budaya, dan tingkat pendidikan yang berbeda, mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda pula.Â
Sebagai contoh, di banyak daerah pedesaan, musyawarah desa atau rapat warga adalah salah satu model yang sudah sangat lama diterapkan dan terbukti efektif dalam menjaring aspirasi masyarakat.Â
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Negeri Gorontalo, musyawarah desa merupakan mekanisme yang dapat menghasilkan keputusan yang lebih akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat lokal.Â
Ini adalah contoh bagaimana tradisi dan budaya lokal bisa dipadukan dengan kebijakan publik yang lebih modern dan terbuka.Â
Di sisi lain, dalam konteks perkotaan yang lebih modern dan digital, platform daring bisa menjadi alternatif yang lebih relevan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.Â
Seperti yang dijelaskan dalam artikel di Kompas, penggunaan teknologi memungkinkan partisipasi masyarakat yang lebih luas dan inklusif, bahkan bagi mereka yang mungkin kesulitan hadir dalam pertemuan fisik.Â