Namun, tidak ada yang sempurna. Tantangan dalam implementasi collaborative governance juga perlu diperhatikan.
1. Perbedaan Budaya Organisasi
Salah satu tantangan yang sering muncul adalah perbedaan budaya organisasi. Setiap pemangku kepentingan memiliki cara kerja dan nilai-nilai yang berbeda. Hal ini bisa menjadi penghalang dalam menciptakan kolaborasi yang efektif.Â
Budaya pemerintahan cenderung kaku dan terstruktur, sedangkan organisasi swasta lebih fleksibel.Â
Organisasi profit fokus pada keuntungan, sementara non-profit seperti Djarum Foundation berorientasi pada misi sosial.Â
Selain itu, sistem reward dan punishment di perusahaan swasta lebih ketat dibandingkan di pemerintahan, yang dapat mempengaruhi motivasi pegawai. Menyatukan dua pendekatan ini bukanlah hal yang mudah.
2. Kesulitan dalam Berbagi Informasi
Kesulitan dalam berbagi informasi juga menjadi tantangan yang signifikan. Dalam banyak kasus, pemangku kepentingan enggan untuk berbagi data atau informasi yang mereka miliki.Â
Ini bisa disebabkan oleh kekhawatiran akan kehilangan kontrol atau bahkan persaingan.Â
Namun, menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Elgar Online, membangun kepercayaan dan komunikasi yang baik antara pemangku kepentingan adalah kunci untuk mengatasi hambatan ini. Tanpa kepercayaan, kolaborasi akan sulit terwujud.
3. Pentingnya Membangun Kepercayaan dan Komunikasi
Membangun kepercayaan bukanlah hal yang instan. Ini memerlukan waktu dan usaha dari semua pihak yang terlibat. Komunikasi yang terbuka dan transparan adalah langkah awal yang penting.Â
Ketika semua pihak merasa aman untuk berbagi pandangan dan informasi, proses kolaborasi akan berjalan lebih lancar.
Solusi untuk Meningkatkan Efektivitas
1. Struktur Fleksibel dan Mekanisme Resolusi Konflik
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, penting untuk memiliki struktur yang fleksibel dan mekanisme resolusi konflik yang efektif.Â