Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bingung Memilih PAUD? Kerja Sama Ayah Bunda Kuncinya

24 Desember 2024   15:30 Diperbarui: 25 Desember 2024   11:08 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memilih PAUD (KOMPAS/SUPRIYANTO) 

Kerja sama ayah dan bunda dalam memilih PAUD penting untuk masa depan pendidikan anak yang berkualitas. 

Dulu di era saya masih ingusan, urusan sekolah anak, khususnya yang masih imut-imut seperti PAUD, seringkali diserahkan sepenuhnya ke ibu. 

Bapak fokus mencari nafkah, ibu yang mengurus tetek bengek pendaftaran, seragam, sampai komunikasi dengan guru. 

Tapi, zaman sekarang sudah jauh berbeda. 

Urusan pendidikan anak, apalagi di usia dini yang sangat krusial ini, rasanya lebih tepat kalau dikerjakan bersama-sama, seperti sebuah tim solid. 

Ada pembagian tugas yang jelas, diskusi yang intens, semua demi masa depan si buah hati.

Pembagian Peran: Bapak di Ranah Data, Ibu di Jaringan Komunitas

Dari pengalaman saya, ada dua jenis informasi penting yang dibutuhkan saat memilih PAUD. 

Pertama, informasi yang sifatnya kuantitatif dan faktual. 

Misalnya, akreditasi sekolah, fasilitas yang tersedia, rasio guru dan murid, dan yang tak kalah penting, jarak tempuh dari rumah. Urusan data dan angka begini, biasanya saya yang turun tangan. 

Browsing internet, buka Google Maps untuk melihat review dan lokasi, membandingkan fasilitas di website resmi sekolah, bahkan menghitung perkiraan biaya transportasi.

Kedua, ada informasi yang lebih personal dan mendalam, yang sifatnya kualitatif. 

Misalnya, bagaimana reputasi sekolah di mata orangtua murid lainnya? Bagaimana interaksi guru dengan anak-anak? Adakah isu-isu tertentu yang perlu diantisipasi? 

Informasi semacam ini, biasanya istri saya yang lebih ahli menggalinya. 

Beliau punya jaringan pertemanan yang luas, mulai dari arisan, pengajian, komunitas di lingkungan rumah, hingga grup obrolan di Whatsapp. 

Informasi dari mulut ke mulut seperti ini, terkadang lebih jujur dan apa adanya daripada sekadar brosur atau iklan di internet.

Pembagian peran ini, menurut argumen yang saya baca, memang sangat efektif. 

Bapak fokus pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, sementara Ibu lebih berperan dalam mengumpulkan informasi kualitatif. 

Kombinasi kedua jenis informasi ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan utuh tentang PAUD yang diincar. 

Sejalan dengan hal ini, artikel di Alodokter tentang cara memilih PAUD yang tepat menekankan pentingnya mencari informasi sebanyak mungkin, termasuk kurikulum, fasilitas, dan kualitas guru. 

Informasi dari istri saya, yang didapat dari interaksi dengan sesama orangtua, melengkapi data-data tersebut, memberikan konteks dan perspektif yang lebih mendalam.

Melibatkan Anak dan Merajut Informasi Menjadi Satu Kesatuan

Setelah data kuantitatif dan kualitatif terkumpul, langkah selanjutnya adalah duduk bersama, berdiskusi dan mengintegrasikan semua informasi yang didapat. 

Di sinilah pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur antara suami dan istri. Data dari Google Maps dicocokkan dengan testimoni dari ibu-ibu. 

Fasilitas yang terlihat mewah di website sekolah dibandingkan dengan cerita dari orangtua yang anaknya sudah bersekolah di sana. Yang tak boleh dilupakan, libatkan juga anak dalam proses krusial ini. 

Ajak ia berkunjung ke beberapa PAUD yang masuk dalam daftar pilihan. Amati reaksinya dengan seksama. Apakah ia merasa nyaman dan betah di lingkungan tersebut? Apakah ia tertarik dengan mainan dan kegiatan yang ditawarkan? 

Seperti yang diulas dalam artikel Prenagen tentang keunggulan PAUD dan cara memilih sekolah yang tepat, penting untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak dan lingkungan PAUD yang memadai. 

Reaksi anak saat kunjungan langsung bisa menjadi indikator penting dalam proses pengambilan keputusan.

Pengamatan langsung terhadap reaksi anak, menurut saya, sangatlah krusial. Karena pada akhirnya, anaklah yang akan menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tersebut. 

Jika ia merasa tidak nyaman atau tidak tertarik, proses belajarnya tentu tidak akan berjalan optimal. 

Hal ini juga didukung oleh artikel dari Organisasi Ibu Punya Mimpi tentang Tips Memilih PAUD, yang menekankan pentingnya memahami tujuan pendidikan di usia PAUD dan melibatkan anak secara aktif dalam proses pemilihan. 

Pada kunjungan ini, Ibu juga berkesempatan melihat langsung, fasilitas dan suasana di PAUD pilihan. 

Periksa fasilitas toiletnya, apakah lantainya tidak licin? Apakah airnya bersih? 

Periksa kebersihan kelas dan tempat bermain, apakah ada sampah bertebaran? Apakah tempat sampahnya cukup? 

Amati percakapan antar anak dan antara anak dan guru, apakah anak-anak disitu menggunakan bahasa yang sopan? Apakah gurunya tidak terlihat kewalahan meng-handle semua siswa?

Keterlibatan Orangtua: Investasi Jangka Panjang untuk Anak

Pendekatan kolaboratif ini, menurut pendapat saya, sejalan dengan konsep parental involvement atau keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak. 

Artinya, orangtua tidak hanya menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan kepada pihak sekolah, tetapi juga aktif terlibat dalam setiap tahapannya. 

Mulai dari pemilihan sekolah, memantau perkembangan anak, hingga menjalin komunikasi yang baik dengan para guru.

Seperti yang dipaparkan dalam artikel dari Sekolah Murid Merdeka tentang Tips Memilih Sekolah untuk Anak Usia Dini, memperhatikan kurikulum, lokasi, fasilitas, biaya, dan kualitas guru merupakan bagian penting dari riset dan pengumpulan data yang komprehensif. 

Semua upaya ini bermuara pada satu tujuan, yaitu memberikan yang terbaik bagi perkembangan dan masa depan anak.

Dalam konteks budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong dan musyawarah, pendekatan kolaboratif dalam memilih PAUD ini sangat relevan. 

Kerja sama yang solid antara bapak dan ibu, dengan melibatkan anak secara aktif, akan menghasilkan keputusan yang lebih bijaksana dan tepat.

Kesimpulan

Memilih PAUD memang bukan perkara sepele. Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dengan matang. 

Namun, dengan pendekatan yang terstruktur, kolaboratif, dan berorientasi pada kebutuhan anak, proses ini dapat dijalani dengan lebih efektif dan menyenangkan. 

Pada akhirnya, investasi terbaik yang bisa kita berikan untuk anak adalah fondasi pendidikan yang kokoh di usia dini. 

Apakah pendekatan ini cocok untuk semua keluarga? Tentu saja tidak ada jawaban yang mutlak. 

Setiap keluarga memiliki dinamika dan kebutuhan yang berbeda. Namun, setidaknya, pendekatan ini bisa menjadi salah satu opsi yang patut dipertimbangkan dan diadaptasi sesuai dengan kondisi masing-masing.

***

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun