Ketika anak menghadapi sedikit kesulitan, seperti masalah jadwal jaga yang harusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi dan kompromi, orang tua langsung turun tangan.Â
Dalam hal ini, bukan hanya anak yang kurang dilatih untuk menghadapi kenyataan, tetapi orang tua juga tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar mengatasi permasalahan sendiri.Â
Kejadian tersebut mengungkapkan bagaimana orang tua, dalam usaha melindungi anak mereka, justru membuat anak-anak mereka semakin tidak siap menghadapi kenyataan hidup.
Dampak Buruk dari Pola Pengasuhan yang Memanjakan
Menurut penelitian yang dijelaskan dalam buku Generasi Strawberry oleh Rhenald Kasali, pola pengasuhan yang berlebihan ini berpotensi membuat anak-anak tidak memiliki ketahanan mental yang cukup.Â
Dalam bukunya, Kasali mengungkapkan bahwa generasi ini cenderung mudah menyerah dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang sulit.Â
Mereka tidak diajarkan untuk menghadapi penolakan atau kegagalan, dua hal yang pasti akan ditemui dalam kehidupan nyata.Â
Dampak ini sangat nyata dalam kasus Lady, di mana ia tidak bisa menghadapi masalah kecil terkait dengan jadwal kerjanya tanpa campur tangan ibunya.
Generasi yang dibesarkan dengan pola asuh seperti ini juga sering kali tidak memiliki kemampuan untuk mengelola emosi mereka.Â
Anak-anak yang selalu dimanjakan tidak pernah diajarkan untuk mengatasi rasa kecewa atau frustasi. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan mereka, reaksi mereka jadi berlebihan.Â
Dalam kasus ini, kita bisa melihat bagaimana ibu Lady marah dan merasa perlu melawan ketua kelompok koas.Â
Tindakan seperti ini, meski didorong oleh niat baik untuk membela anak, justru semakin memperburuk karakter anak yang seharusnya belajar untuk mengelola emosinya dengan baik.