Salah satu aspek yang membedakan Singapura dari banyak negara lainnya adalah cara mereka mengelola pengembangan kompetensi ASN.Â
Di Singapura, pengelolaan sumber daya manusia tidak hanya bergantung pada pelatihan teknis semata, tetapi juga pada pengembangan kompetensi sosial dan kemampuan kolaborasi.Â
Menurut artikel dari BPSD Provinsi Sulawesi Selatan, Singapura menerapkan sistem umpan balik 360 derajat dan mentoring yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa ASN mereka terus berkembang, baik dari segi kompetensi teknis maupun interpersonal.Â
Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kesenjangan dalam penilaian kinerja, di mana umpan balik tidak hanya datang dari atasan langsung, tetapi juga dari rekan kerja, bawahan, dan bahkan pelanggan yang dilayani.
Pendekatan ini memungkinkan ASN Singapura untuk lebih adaptif terhadap perubahan yang terjadi di dalam dan luar pemerintahan.Â
Dengan sistem ini, mereka tidak hanya menjadi individu yang terampil dalam bidang mereka, tetapi juga menjadi profesional yang mampu bekerja sama, mendengarkan, dan berkembang dalam lingkungan yang terus berubah.Â
Sebaliknya, Indonesia yang masih mengandalkan sistem penilaian atasan langsung, cenderung memiliki kesulitan dalam menciptakan budaya kolaborasi yang sehat antar ASN.Â
Sistem ini, meskipun mudah diterapkan, tidak cukup mendorong ASN untuk beradaptasi dengan dinamika pekerjaan yang terus berkembang.
Apa yang Dapat Dipelajari Indonesia?
Indonesia memiliki tantangan besar dalam memperbaiki kualitas ASN.Â
Berdasarkan data yang ada, Indonesia berada di posisi 39 dalam Indeks Administrasi Publik Blavatnik 2024, jauh tertinggal dari Singapura.Â
Salah satu perbedaan utama antara kedua negara terletak pada pendekatan terhadap pengelolaan ASN.Â