Teknik ini telah menjadi bagian dari identitas mereka yang tak tergantikan.Â
Selain itu, penduduk setempat menggeluti berbagai kerajinan tangan, seperti tenun ikat, yang menjadi sumber penghidupan sekaligus menjadi cerminan budaya Sasak yang sudah turun temurun.Â
Menurut data yang saya temui di DetikTravel, desa ini tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga membuka pintu bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman langsung dengan budaya tersebut.
Tak hanya itu, Desa Sade juga terkenal dengan tradisi Gendang Beleg yang meriah dan Tari Peresean yang penuh semangat.Â
Kedua pertunjukan ini adalah bagian dari identitas budaya yang dijaga dengan ketat, sebagai daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun internasional.Â
Bukan hanya sebagai atraksi, kegiatan-kegiatan tersebut juga menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya Sasak ke dunia luar.
Namun, meski desa ini terus berkembang sebagai destinasi wisata, ada satu kebijakan yang diterapkan oleh desa ini yang cukup menarik, yaitu pembatasan jumlah penduduk.Â
Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian desa dan mencegah adanya kepadatan yang dapat merusak keaslian dan tradisi yang ada. Tentu saja, kebijakan ini punya plus-minus.Â
Sementara desa tetap terjaga keasliannya, ada potensi masalah di sisi ekonomi, terutama bagi generasi muda yang ingin mencari peluang kerja di desa tersebut.
Tradisi Kawin Culik dan Rumah Tahan Gempa
Di Indonesia, ada banyak desa adat lainnya yang juga menjaga warisan budaya mereka agar tetap hidup. Salah satu contohnya adalah tradisi kawin culik yang masih dilestarikan di Desa Sade.Â
Menurut Kompas Travel, tradisi ini merupakan bagian dari identitas mereka yang menarik perhatian banyak wisatawan.Â