Meski Candi Gedongsongo semakin populer, ada satu tantangan besar yang harus dihadapi, yakni ketergantungan pada kapal pesiar.Â
Menurut Aji Rahmawan, seorang tour operator lokal, seperti dikutip dari Kompas, wisatawan yang datang dengan kapal pesiar Viking Cruises biasanya punya waktu yang terbatas untuk menikmati Candi Gedongsongo.Â
Mereka lebih sering ikut tur yang sudah diatur, tanpa kesempatan untuk benar-benar terlibat dengan budaya lokal atau menjelajahi keunikan alam sekitar yang lebih dalam.Â
Jadi, meskipun kapal pesiar membawa banyak wisatawan, dampaknya bisa terbatas jika nggak ada perubahan dalam cara pengelolaannya.
Kapal pesiar bisa membawa ribuan wisatawan dalam waktu singkat, namun jenis kunjungan seperti ini cenderung lebih ke konsumsi pasif, bukan pengalaman yang mendalam.Â
Para wisatawan bisa menikmati pemandangan dan atraksi utama, tapi mereka nggak punya banyak waktu untuk merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar atau memahami budaya lokal.Â
Ini bisa bikin dampak positif pariwisata ke ekonomi lokal jadi nggak maksimal dalam jangka panjang.
Selain itu, terlalu bergantung pada wisatawan kapal pesiar juga bisa mengurangi daya tarik Candi Gedongsongo di masa depan.Â
Kalau nggak ada usaha untuk menarik wisatawan yang tinggal lebih lama, ekonomi lokal cuma merasakan keuntungan jangka pendek.Â
Wiwin Sulistyowati, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, mengatakan bahwa meski jumlah kunjungan sudah meningkat, pengelolaan yang lebih matang tetap diperlukan agar dampaknya lebih berkelanjutan.
Pariwisata Berkelanjutan Sebagai Kunci
Candi Gedongsongo punya potensi wisata yang besar, tapi keberlanjutan jadi kunci untuk memaksimalkan manfaatnya tanpa merusak lingkungan atau budaya.Â