Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etika Komunikasi Ketika Gus Miftah Keceplosan

3 Desember 2024   16:02 Diperbarui: 3 Desember 2024   16:13 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Gus Miftah menjadi sorotan publik setelah insiden pada Selasa, 3 Desember 2024, di acara pengajian di Magelang. Kejadian ini tidak hanya menarik perhatian jamaah yang hadir, tetapi juga menuai reaksi keras dari netizen. 

Dalam video yang viral, Gus Miftah terlihat berbicara kepada seorang pedagang es teh yang berada di antara jamaah, menanyakan mengapa dagangannya masih banyak. Tanpa diduga, ia melontarkan kata-kata kasar: "Ya sana jual gobl*k."

Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan besar. Sejauh mana seorang figur publik harus menjaga adab dan etika dalam berkomunikasi? 

Sebagai pendakwah dan utusan khusus presiden, Gus Miftah seharusnya lebih berhati-hati dalam setiap kata yang diucapkannya, mengingat dampak yang bisa timbul.

Perilaku Kasar dalam Konteks Budaya Indonesia

Di Indonesia, adab dan tata krama merupakan nilai yang dijaga tinggi, terutama oleh tokoh agama dan figur publik lainnya. 

Gus Miftah, sebagai sosok yang dihormati, seharusnya menjadi contoh dalam setiap tindakannya. 

Namun, insiden ini menunjukkan adanya sikap yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.

Generasi yang lebih tua sangat peka terhadap kesopanan. 

Menggunakan kata-kata tidak pantas di depan umum, apalagi dalam konteks yang melibatkan banyak orang, bisa merendahkan martabat dan memicu reaksi cepat dari masyarakat. 

Video kejadian ini pun viral di media sosial, dengan banyak netizen yang kecewa melihat sikap yang tidak sesuai dengan peran seorang pendakwah.

Mengapa Gus Miftah Bisa Seperti Itu?

Untuk memahami lebih dalam, kita perlu melihatnya dari sisi psikologis dan sosial. 

Gus Miftah, menurut sahabat dekatnya, Gus Yusuf Chudhory, dikenal dengan gaya komunikasi santai dan sering melontarkan guyonan di hadapan jamaah. 

Dalam suasana informal seperti pengajian, seseorang mungkin merasa lebih bebas dalam berbicara. 

Namun, masalah muncul ketika candaan tersebut tidak dianggap lucu oleh sebagian orang.

Fenomena ini bisa dijelaskan dengan konsep "titik buta sosial" (social blind spot). Seseorang dengan posisi sosial tinggi sering kali tidak menyadari dampak ucapan atau tindakan mereka terhadap orang lain. 

Mereka mungkin merasa bahwa ucapan mereka wajar dan tidak menyinggung siapapun, namun di mata masyarakat, hal tersebut bisa sangat berbeda. 

Kata-kata kasar yang dianggap ringan dalam kelompok tertentu dapat memunculkan persepsi negatif, terutama bagi mereka yang tidak mengetahui konteks atau nuansa percakapan tersebut, seperti yang dijelaskan dalam buku Social Psychology oleh David Myers.

Fenomena serupa juga terjadi pada 2022 di Malaysia, ketika seorang tokoh masyarakat mengkritik pedagang es teh dengan kata-kata kasar yang akhirnya memicu kontroversi. 

Kejadian tersebut menegaskan pentingnya sensitivitas dalam berbicara, terutama bagi mereka yang memiliki pengaruh besar di masyarakat (Suara.com, 2024).

Merusak Citra dan Reputasi

Insiden ini tentu memiliki dampak jangka panjang bagi Gus Miftah, baik secara pribadi maupun sebagai figur publik. 

Di dunia digital yang serba cepat ini, setiap ucapan atau tindakan seorang figur publik akan langsung menjadi sorotan. 

Video yang beredar dan mendapatkan hampir 500 ribu tayangan bukanlah hal yang bisa diabaikan begitu saja. 

Tanpa penanganan yang bijaksana, ini bisa merusak reputasi Gus Miftah, yang selama ini dikenal sebagai sosok bijak dan santun.

Sebagai seorang pendakwah, Gus Miftah memiliki tanggung jawab tidak hanya terhadap jamaahnya, tetapi juga terhadap masyarakat luas. 

Setiap kata yang diucapkannya seharusnya mencerminkan etika dan kesopanan. 

Jika perilaku ini berlanjut, ia berisiko kehilangan kepercayaan dari pengikutnya dan bahkan merusak wibawanya di mata publik.

Meskipun Gus Miftah mungkin tidak berniat buruk, ia perlu menyadari bahwa sebagai figur publik, ia harus lebih berhati-hati dalam berbicara dan bertindak. 

Sikap seperti ini dapat menimbulkan keraguan pada publik mengenai integritasnya sebagai seorang pendakwah yang seharusnya menjadi teladan dalam hal adab dan etika (Okezone, 2024).

Apa yang Bisa Dipelajari?

Insiden ini memberikan pelajaran berharga bagi kita semua, terutama bagi mereka yang memiliki pengaruh besar di masyarakat. 

Sebagai figur publik, setiap ucapan memiliki potensi untuk mempengaruhi persepsi orang lain. 

Tidak hanya dalam konteks formal, tetapi juga dalam suasana informal, seperti pengajian, etika dan adab tetap harus dijaga. 

Kejadian ini mengingatkan kita bahwa di era digital, setiap pernyataan bisa menyebar begitu cepat, menjangkau audiens yang lebih luas dari yang kita bayangkan.

Dari kejadian ini, kita belajar bahwa menjaga citra pribadi dan integritas sangat penting, terutama bagi generasi muda yang mungkin meniru apa yang kita katakan dan lakukan. 

Media sosial mempercepat dampak dari setiap ucapan, membuat kita lebih terbuka dan lebih transparan dalam setiap tindakan.

Peristiwa ini menegaskan pentingnya menjaga sikap dan etika, baik di dunia nyata maupun maya. Para tokoh publik harus lebih bijaksana agar tidak merusak reputasi yang telah susah payah dibangun.

***

Referensi:

  • Myers, D. G. (2016). Social Psychology. New York: McGraw-Hill. Retrieved from [https: //archive. org/details/socialpsychology0000myer_o7y1]
  • Suara.com. (2024, December 3). Diduga olok-olok pedagang es teh pakai kata kasar, etika Gus Miftah jadi perbincangan. Retrieved from [https: //www. suara. com/entertainment/2024/12/03/132859/diduga-olok-olok-pedagang-es-teh-pakai-kata-kasar-etika-gus-miftah-jadi-perbincangan]
  • Okezone. (2024, December 3). Gus Miftah diduga olok-olok pedagang es teh, Gus Yusuf: Hanya guyonan. Retrieved from [https: //celebrity. okezone. com/read/2024/12/03/33/3091948/gus-miftah-diduga-olok-olok-pedagang-es-teh-gus-yusuf-hanya-guyonan]
  • Suara.com. (2024, December 3). Unggah konten borong jajanan pedagang usai maki penjual es teh, Gus Miftah makin panen hujatan. Retrieved from [https: //www. suara. com/entertainment/2024/12/03/144304/unggah-konten-borong-jajanan-pedagang-usai-maki-penjual-es-teh-gus-miftah-makin-panen-hujatan]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun