Istilah-istilah baru yang populer di TikTok, meski memperkaya percakapan digital, dapat menyebabkan penurunan penggunaan bahasa daerah atau ungkapan tradisional.Â
Menurut ahli bahasa, Sophia Smith Galer, teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), dapat membantu melestarikan bahasa yang hampir punah.Â
Teknologi dapat digunakan untuk mempelajari dan mengajarkan bahasa lokal melalui algoritma yang lebih cerdas, memberikan peluang untuk menjaga keberagaman linguistik meskipun arus perubahan bahasa digital semakin cepat.Â
Misalnya, aplikasi pembelajaran bahasa kini memanfaatkan AI untuk melestarikan bahasa-bahasa yang terancam punah, sebuah langkah penting untuk memastikan bahwa budaya lokal tidak hilang di tengah arus globalisasi.
Keseimbangan Antara Globalisasi dan Keberagaman Bahasa
Keseimbangan antara adopsi bahasa global dan pelestarian bahasa lokal menjadi sangat penting.Â
Bahasa yang berkembang pesat di platform seperti TikTok mempercepat komunikasi dan menciptakan identitas sosial global yang lebih inklusif.Â
Namun, kita juga harus menyadari bahwa bahasa-bahasa lokal yang kaya akan makna, sejarah, dan tradisi harus dilestarikan.Â
Menerima bahasa baru yang berkembang tidak berarti mengorbankan bahasa tradisional yang menjadi identitas suatu bangsa.Â
Sebagai masyarakat, kita perlu berupaya untuk mengadopsi bahasa global tanpa mengorbankan keberagaman linguistik yang telah membentuk kita selama berabad-abad.Â
Dalam hal ini, teknologi dan kebijakan pemerintah dapat memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan tersebut.
Bahasa Sebagai Cermin Budaya dan Identitas
Perubahan bahasa yang terjadi di era media sosial, terutama melalui TikTok, mencerminkan evolusi budaya yang sangat cepat dan dinamis.Â