gaya hidup sehat, kita justru melihat fenomena yang sebaliknya. Olahraga kini menjadi simbol status, jauh dari tujuan awalnya untuk meningkatkan kesehatan.Â
Olahraga, yang dulu menjadi kegiatan sederhana untuk menjaga kebugaran tubuh, kini semakin terasa eksklusif. Seiring dengan berkembangnya trenDari sepatu lari bermerk hingga smartwatch canggih, banyak dari kita merasa terdorong untuk membeli perlengkapan mahal demi mendapatkan status sosial, bukannya berfokus pada manfaat kesehatan yang sesungguhnya.
Pandemi COVID-19 memang membawa banyak perubahan dalam cara kita beraktivitas. Salah satunya adalah meningkatnya kesadaran untuk berolahraga.Â
Namun, kenyataannya, meski tren olahraga meningkat, ia juga berkembang menjadi hal yang lebih eksklusif.Â
Olahraga sekarang tidak hanya menjadi aktivitas fisik, tetapi juga perlombaan untuk menunjukkan kemampuan finansial.Â
Ini terlihat jelas pada tren konsumsi barang-barang olahraga yang mahal, seperti tumbler bermerk, sepatu olahraga yang harganya bisa mencapai jutaan, hingga smartwatch yang memantau setiap gerakan tubuh kita.Â
Olahraga yang Semakin Mahal: Mengapa Ini Jadi Masalah?
Berdasarkan data dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam Laporan Indeks Pembangunan Olahraga (IPO) 2023, partisipasi masyarakat dalam olahraga terus menurun.Â
Di tahun 2022, hanya 25,4% masyarakat yang aktif berolahraga, sebuah penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.Â
Salah satu alasan utama di balik penurunan ini adalah tingginya biaya yang diperlukan untuk terlibat dalam aktivitas olahraga.Â
Menurut survei Jakpat yang dilakukan pada Januari 2024, sekitar 41% responden mengalokasikan anggaran khusus untuk mengikuti event olahraga, yang mencakup biaya transportasi, akomodasi, dan pembelian merchandise.Â
Ini menunjukkan bahwa berolahraga kini melibatkan biaya tambahan yang sering kali tak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat.