Namun, perbedaannya terletak pada kesiapan tim untuk menjalankan strategi tersebut.Â
Arsenal memiliki skuad muda yang energik, sementara MU masih harus berjuang dengan inkonsistensi pemain seniornya.Â
Jika Amorim gagal membangun kebugaran fisik dan mental pemainnya, ini bisa menjadi bumerang yang merugikan tim secara keseluruhan.
Filosofi Amorim ini adalah gambaran nyata bahwa kesuksesan tidak hanya soal ide besar, tetapi juga eksekusi kecil yang konsisten.Â
Sama seperti perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi baru, mereka harus memastikan bahwa karyawannya siap, baik secara fisik maupun mental.
Kesimpulan
Ruben Amorim membawa visi segar yang dapat menjadi titik balik bagi Manchester United.Â
Filosofi progresif dan pendekatan berbasis data yang ia terapkan menawarkan harapan akan kebangkitan tim.Â
Jika berhasil, strategi ini tidak hanya mengembalikan MU ke jalur kejayaan, tetapi juga menetapkan standar baru dalam permainan mereka.Â
Namun, jika gagal, eksperimen ini berisiko menjadi catatan tambahan dalam daftar panjang reformasi yang tak membawa hasil.
Perjalanan Amorim bersama MU, seperti filosofi yang ia anut, membutuhkan adaptasi cepat dan konsistensi tinggi.Â
Bagi pecinta sepak bola, ini bukan sekadar soal taktik, melainkan cerita tentang keberanian mengambil risiko.Â