Kabar baiknya, beberapa tokoh dalam pemerintahan mulai menyadari pentingnya paradigma humanis ini.Â
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, misalnya, telah menekankan pentingnya pembentukan karakter dan perilaku yang bermartabat dalam pendidikan.Â
Ia juga mendorong reformasi kebijakan anggaran untuk mendukung pendidikan yang lebih holistik.
Namun, perjalanan menuju perubahan ini tentu tidak mudah. Sistem pendidikan kita sudah terlalu lama berorientasi pada pasar.Â
Perubahan paradigma membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, universitas, hingga masyarakat.Â
Kita perlu menyadari bahwa investasi dalam pendidikan humanis adalah investasi dalam masa depan bangsa.
Menata Ulang Masa Depan Pendidikan
Pada akhirnya, pendidikan tinggi seharusnya lebih dari sekadar alat untuk memenuhi kebutuhan pasar.Â
Ia adalah tempat untuk membangun manusia seutuhnya, individu yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.Â
Kita tidak hanya membutuhkan tenaga kerja. Kita membutuhkan pemikir, inovator, dan pemimpin.
Jadi, mari kita tanyakan kembali. Apa sebenarnya tujuan dari pendidikan tinggi?Â
Apakah kita hanya ingin menjadi bagian dari mesin ekonomi global, ataukah kita ingin membangun masyarakat yang lebih bermartabat dan berdaya?Â