Simulasi pemilu yang dilakukan ini adalah langkah maju, tetapi masih jauh dari kata sempurna.Â
Yang saya harapkan adalah adanya keberlanjutan dari inisiatif ini. Jangan berhenti di satu simulasi saja. Libatkan lebih banyak komunitas penyandang disabilitas dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pada akhirnya, demokrasi bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah. Demokrasi juga adalah tentang bagaimana setiap suara, sekecil apa pun, didengar dan dihargai.Â
Dan untuk itu, kita semua harus bekerja lebih keras. Bukan hanya pemerintah atau penyelenggara pemilu, tetapi juga kita sebagai warga negara.
***
Referensi:
- Indonesia.go.id. (2024). Mengawal hak pilih penyandang disabilitas mental.
- e-Journal Universitas Airlangga. (2024). Pemilu dan disabilitas: Studi aksesibilitas pemilih disabilitas di Surabaya. Polindo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H