Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mini Food Forest, Solusi Ketahanan Pangan ala Warga Perkotaan

12 November 2024   18:00 Diperbarui: 12 November 2024   18:00 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal ketahanan pangan, mungkin banyak orang langsung membayangkan ladang-ladang luas atau lahan pertanian di pedesaan. 

Tetapi bagaimana dengan kita yang tinggal di kota besar, di tengah himpitan gedung-gedung dan rumah-rumah yang rapat? 

Di sinilah konsep Mini Food Forest, atau taman pangan mini, menjadi relevan. Konsep ini berusaha menjawab kebutuhan pangan secara praktis, bahkan dengan lahan yang terbatas sekalipun.

Buat saya, yang sudah puluhan tahun tinggal di kota, isu ketahanan pangan ini bukan hanya soal stok bahan pokok. 

Ini juga soal pengeluaran keluarga sehari-hari. Harga-harga yang terus naik kadang bikin kita mikir, “Apa mungkin kita bisa menanam sayur sendiri di rumah?” 

Dari situlah muncul minat saya pada konsep Mini Food Forest. Ide sederhananya adalah mengubah taman rumah menjadi sumber pangan bagi keluarga.

 Tidak hanya mempercantik rumah, tetapi juga menyediakan bahan makanan yang bisa kita konsumsi langsung. 

Mengapa Mini Food Forest Penting?

Menurut KataNetizen (2024), mini food forest ini bisa membantu masyarakat mengurangi ketergantungan pada pasar. 

Intinya, kita tidak perlu lagi terlalu sering membeli sayuran atau bumbu dapur di pasar atau supermarket, karena sudah punya sendiri di rumah. 

Apalagi, jika melihat data dari Badan Pangan Nasional, ada tren penurunan wilayah rentan rawan pangan dari 72 kabupaten/kota pada 2021 menjadi 62 pada 2024. 

Angka ini menunjukkan bahwa inisiatif seperti urban farming punya kontribusi besar terhadap ketahanan pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun