pendidikan tinggi di luar negeri. Pemerintah, lewat beasiswa LPDP, sudah banyak mendukung generasi muda untuk menimba ilmu di universitas terbaik dunia.Â
Sebagai orang Indonesia, kita tentu bangga melihat anak bangsa yang berhasil menempuhTapi, baru-baru ini, muncul kebijakan yang cukup mengejutkan: alumni LPDP tidak diwajibkan kembali ke Indonesia setelah studi selesai. Sejenak, saya berpikir, ini kebijakan yang bijak atau malah berpotensi merugikan negara?
Kebijakan ini disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro. Menurut beliau, Indonesia ingin memberikan kebebasan pada para alumni untuk berkarya di mana saja, termasuk di luar negeri.Â
Alasannya? Tidak semua bidang di dalam negeri siap menampung mereka. Memang, kalau dilihat dari sisi fleksibilitas, kebijakan ini seperti memberi nafas lega bagi para alumni.Â
Mereka bisa tetap berkarya sesuai minat dan kemampuan, bahkan di luar negeri, jika di sini masih terbatas wadah atau fasilitasnya. Tapi pertanyaannya, seberapa besar dampak positif atau negatif dari keputusan ini?
Peluang Berkarya di Luar Negeri
Di satu sisi, kebijakan ini memberi peluang bagi alumni untuk berkembang di tempat yang lebih cocok dengan keahlian mereka.Â
Sebagai contoh, lulusan bidang kecerdasan buatan atau bioengineering. Sebuah bidang yang saat ini, Indonesia masih terbatas dalam menyediakan industri atau pusat penelitian mumpuni di bidang-bidang tersebut.Â
Kebebasan ini memungkinkan mereka berkarya di perusahaan besar atau universitas luar negeri. Menurut Brodjonegoro, prestasi alumni di luar negeri tetap mengharumkan nama Indonesia.Â
Bahkan, data dari iNews (2024) menunjukkan bahwa alumni yang bekerja di luar negeri masih berkontribusi lewat kerja sama internasional.
Namun, apakah kita harus optimis begitu saja? Dalam konteks pembangunan nasional, apa artinya bagi tenaga ahli yang sebenarnya diharapkan membangun negeri sendiri?Â
Data dari Kompas (2023) menunjukkan dari 35.536 penerima LPDP, ada 413 alumni yang memilih tidak kembali. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang brain drain (kehilangan tenaga ahli terbaik).Â