Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Throning, Ketika Pacaran Demi Citra, Bukan Rasa

7 November 2024   14:14 Diperbarui: 7 November 2024   14:17 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan. (FREEPIK/AZERBAIJAN_STOCKERS) 

Kalau dulu orang pacaran itu karena cinta atau ingin mengenal lebih dalam, sekarang lain cerita. Di kalangan Gen Z, muncul tren baru yang disebut throning. 

Apa itu throning? Dikutip dari Yahoo Lifestyle, throning adalah fenomena menjalin hubungan bukan karena ketertarikan romantis, melainkan demi menaikkan status sosial atau reputasi. 

Jadi, bukan lagi soal perasaan, tapi lebih ke gengsi. Fenomena ini menarik perhatian, karena mencerminkan bagaimana generasi muda zaman sekarang yang semakin mementingkan citra sosial.

Apa yang Mendorong Gen Z Tertarik pada Throning?

Menurut PureWow, throning muncul dari kebutuhan Gen Z untuk meningkatkan citra diri di mata publik. Bagi mereka, berpacaran dengan sosok populer atau berstatus tinggi dianggap menambah nilai branding pribadi. 

Di era media sosial, siapa yang muncul dalam unggahan bisa mempengaruhi nilai seseorang. Hubungan semacam ini menarik bagi Gen Z yang ingin cepat populer atau memperluas jaringan sosial.

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang fokus pada cinta atau kedekatan emosional, Gen Z lebih memperhatikan popularitas dan pengaruh sosial dalam hubungan. Akibatnya, nilai seperti kejujuran dan kedalaman emosional bisa terlupakan.

Bagaimana Dampak Throning terhadap Kedekatan dan Kejujuran?

Menurut The Daily Guardian, throning berdampak pada kualitas hubungan karena didasari ambisi sosial, bukan perasaan tulus. Dalam hubungan seperti ini, keintiman dan kejujuran sulit muncul karena fokus utamanya adalah citra dan tampilan luar. 

Bagi banyak orang, hubungan ini bisa terasa hampa dan cepat berakhir setelah keuntungan sosial tercapai.

Sebagai orang dewasa, kita mungkin heran atau prihatin melihat cara Gen Z memandang hubungan. Dulu, hubungan didasari kepercayaan dan keterbukaan. 

Namun, tren seperti throning membuat kejujuran tampak semakin pudar, tergantikan oleh pencitraan. Ini menyadarkan kita bahwa kini, keintiman sejati semakin jarang, karena tampilan lebih diutamakan daripada isi.

Kritik Etis Terhadap Throning

Apakah throning etis? Banyak yang merasa bahwa menjalin hubungan demi keuntungan sosial bisa dianggap manipulatif dan kurang jujur. 

Menurut The Swaddle, throning mengabaikan kejujuran dalam hubungan, karena tujuannya bukan cinta atau ketertarikan tulus, melainkan pencitraan dan reputasi.

Di Indonesia, di mana ketulusan dan kesetiaan dalam hubungan sangat dihargai, throning bisa dianggap melanggar norma. Umumnya, masyarakat menganggap hubungan romantis harus didasari cinta, komitmen, dan kejujuran. 

Dengan tren throning, nilai-nilai ini mungkin semakin sulit dipertahankan, terutama di kalangan generasi muda yang terpengaruh budaya global dan teknologi.

Keintiman di Era Media Sosial

Tren seperti throning menunjukkan bagaimana media sosial memengaruhi cara orang menjalin keintiman. 

Menurut Science Advances, media sosial memang mempermudah komunikasi, tetapi ketergantungan berlebih pada platform ini bisa mengurangi kualitas interaksi langsung yang penting dalam hubungan. 

Dalam hubungan yang terlalu fokus pada media sosial, orang cenderung lebih mementingkan tampilan ketimbang kedekatan emosional. 

Foto mesra dan unggahan bersama pasangan mungkin terlihat romantis, tapi apakah ada kedalaman emosional di baliknya?

Keintiman sejati tak bisa digantikan oleh jumlah like atau komentar. Hubungan yang sehat butuh saling pengertian, dukungan, dan kepercayaan, bukan sekadar tampilan atau status online.

Kesimpulan

Throning mungkin terlihat unik di kalangan Gen Z, tapi ini mengingatkan kita akan nilai-nilai dasar dalam hubungan: kejujuran, kedekatan emosional, dan ketulusan. 

Di tengah budaya pencitraan, mempertahankan hubungan yang tulus bukanlah hal mudah. 

Apakah generasi muda akan kembali memahami makna hubungan yang sejati, atau justru hubungan akan semakin dangkal seiring kemajuan teknologi?

***

Referensi:

  • Kato, B. (2024, November 3). What is ‘throning’? Gen Z’s shameless new dating trend is gold-digging — with a twist. Yahoo Lifestyle.
  • PureWow. (2024). Throning: The new dating trend where people date for status.
  • The Swaddle. (2024). Throning: When dating becomes a means to climb the social ladder.
  • Science Advances. (2024). Dating up: The pursuit of higher-status partners in online dating.
  • Penn Medicine. (2015, June 1). Penn’s Nurse Midwife Program. YouTube.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun