Ini bisa jadi masalah ketika seorang tokoh publik atau profesional berbicara di hadapan audiens luas.Â
Terlebih di era media sosial di mana kesan pertama begitu penting.Â
Apakah kita ingin dikenal sebagai pembicara yang ragu atau tidak fokus? Pastinya tidak.
Mengganti Kata Pengisi dengan Jeda: Mengapa Ini Lebih Efektif?
Di sinilah jeda masuk sebagai solusi.Â
Berdasarkan Ongky Hojanto (2024), mengganti kata pengisi dengan jeda terencana bukan hanya memperbaiki cara berbicara, tetapi juga meningkatkan kepercayaan dari audiens.Â
Dengan mengambil jeda, alih-alih mengisi kekosongan dengan suara tak berarti, seorang pembicara bisa memberi ruang bagi audiens untuk mencerna informasi yang diberikan.
Jeda menunjukkan bahwa pembicara memiliki kendali penuh atas alur pidatonya, dan tak merasa terpaksa untuk memenuhi setiap detik dengan suara.Â
Dalam kebiasaan percakapan kita yang umumnya menghindari kesunyian, memanfaatkan jeda ini mungkin terasa janggal pada awalnya, namun efeknya besar.Â
Pembicara terdengar lebih percaya diri dan teratur, serta mampu menciptakan suspensi yang membuat audiens lebih tertarik.Â
Jika kita bandingkan dengan pembicara yang penuh dengan kata-kata pengisi, pembicara yang menggunakan jeda justru terkesan lebih meyakinkan dan matang.
Langkah-Langkah Praktis untuk Mengurangi Penggunaan Kata Pengisi
Lalu, bagaimana cara efektif mengurangi penggunaan kata pengisi?Â