Kini, dengan seruan Prabowo untuk efisiensi anggaran, ada harapan akan lahirnya budaya baru, yakni budaya birokrasi yang sadar, hemat, dan benar-benar berpihak pada rakyat.
Efektivitas Perjalanan Dinas
Kritik ini berakar dari kenyataan bahwa perjalanan dinas sering kali dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, seperti dikutip Kompas.com.Â
Bukannya membawa hasil yang nyata bagi masyarakat, tapi malah menjadi ajang ‘liburan terselubung’.Â
Kritik ini, menurut Menteri PANRB periode lalu, Abdullah Azwar Anas, adalah sebuah tamparan untuk aparat pemerintah, khususnya mereka yang lebih sering terbang ke luar negeri daripada bekerja di lapangan.
Efektivitas kritik ini akan terasa dalam reformasi birokrasi yang lebih berfokus pada hasil, bukan sekadar proses tanpa tujuan.Â
Coba bayangkan, berapa banyak dana bisa diselamatkan jika kegiatan semacam ini dikurangi?Â
Uang ini bisa dialirkan ke sektor-sektor penting seperti kesehatan, pendidikan, hingga infrastruktur yang benar-benar menyentuh kehidupan rakyat.Â
Hemat saya, inilah esensi efisiensi yang dicita-citakan Prabowo: bukan sekadar memotong anggaran tanpa arah, tapi mengarahkannya kembali untuk tujuan yang lebih bermakna, yang benar-benar membawa dampak nyata bagi masyarakat.
Menata Birokrasi Demi Kesejahteraan Rakyat
Dengan adanya kritik terhadap birokrasi yang boros, Prabowo berharap bisa menata ulang birokrasi kita agar lebih efisien dan efektif.Â
Berdasarkan Moneytalk.id, anggaran yang dialokasikan secara tepat guna diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ini bukan sekadar mimpi kosong, melainkan harapan yang sangat mungkin diwujudkan jika birokrasi kita benar-benar berbenah.
Kesejahteraan rakyat bukan sekadar angka-angka di lembar laporan, tetapi tentang bagaimana setiap kebijakan memberi dampak nyata yang bisa dirasakan.Â