Ada fenomena yang akrab dalam wajah birokrasi kita: anggaran negara sering terserap untuk aktivitas yang tak membawa manfaat nyata.Â
Cerita tentang pejabat yang pergi ke luar negeri dengan alasan studi banding, tapi tanpa hasil bagi rakyat, bukan lagi hal baru.Â
Kritik Presiden Prabowo Subianto menyoroti masalah ini, mengajak perubahan bukan hanya dalam bentuk penghematan, tapi transformasi cara pemerintah bekerja untuk rakyat.Â
Dalam tulisan ini, kita akan menemukan alasan mendalam di balik langkah efisiensi anggaran Prabowo, dan bagaimana hal ini bisa mengubah wajah birokrasi kita demi kesejahteraan bersama.
Mengapa Efisiensi Anggaran Jadi Fokus?
Seperti dikutip dari Tempo.co, Prabowo mengedepankan efisiensi anggaran agar setiap rupiah yang keluar dari kas negara memberikan manfaat langsung pada kesejahteraan rakyat.Â
Dengan membatasi kegiatan seperti focus group discussion, seminar dan perjalanan dinas yang tidak berdampak, pemerintah bisa fokus pada pengeluaran yang benar-benar dibutuhkan.Â
Ini bukan sekadar hemat-hemat biasa.Â
Ini soal bagaimana mengalihkan dana dari kegiatan seremonial menuju program-program yang lebih konkret.
Dalam bingkai yang lebih luas, ini bukanlah masalah baru.Â
Bahkan, Presiden Jokowi di masa lalu telah mengingatkan kita: anggaran yang mestinya mendorong pengembangan SDM justru habis terserap dalam perjalanan dinas.Â
Saya rasa Anda setuju bahwa ini bukan lagi sekadar kebiasaan, melainkan akar yang telah lama melekat dalam sistem birokrasi kita.Â