Tahun ini, perfilman Indonesia mencatat sejarah dengan rekor 60 juta penonton, dan angka ini diprediksi menembus 70 juta sebelum tahun berganti.Â
Namun, di balik kebanggaan ini, tantangan yang tak kunjung sirna masih membayangi.Â
Kurangnya layar bioskop, maraknya pembajakan, serta regulasi yang belum berpihak ibarat duri dalam kemajuan ini.Â
Seperti diungkapkan Fortune Indonesia, persoalan ini bukan sekadar soal ekonomi, tetapi menyentuh aspek sosial dan budaya kita.Â
Artikel ini membahas tantangan-tantangan tersebut, menjawab pertanyaan tentang langkah yang perlu ditempuh untuk membangun fondasi industri film yang kokoh.
Kekurangan Layar Bioskop dan Pembajakan Digital
Kekurangan jumlah layar bioskop di Indonesia sebetulnya bukan isu baru.Â
Banyak masyarakat di luar kota besar kesulitan mendapatkan akses ke bioskop, yang artinya mereka juga kesulitan menonton film Indonesia secara resmi.Â
Data dari Antara News menunjukkan, akses yang terbatas ini merugikan film lokal dan membatasi potensi penonton, terutama di wilayah terpencil.Â
Di beberapa daerah, mungkin ada bioskop, tapi jumlahnya tak sebanding dengan kebutuhan.Â
Ketika bioskop yang tersedia sedikit, distribusi film terhambat, dan akhirnya, sebagian besar penonton di daerah hanya bisa menonton film-film yang diputar di platform bajakan.
Pembajakan kian menjadi momok bagi film Indonesia; setiap karya yang sukses seolah langsung tumpah ke platform streaming ilegal.Â