industri tekstil yang tak tergantikan.Â
Ketika nama Sritex disebut, yang terlintas mungkin bukan sekadar seragam sekolah atau pakaian kerja berkualitas, melainkan sebuah simbol kejayaanDari pabrik-pabriknya di Jawa hingga ekspansi ke Asia Tenggara, Sritex adalah bukti dari ketahanan, ambisi, dan pencapaian besar industri Indonesia.Â
Namun, di balik tenunan prestasi itu, terselip kisah yang lebih kompleks: pertaruhan antara stabilitas politik dan perubahan kebijakan yang terus menguji langkahnya.Â
Sritex bergerak di antara fluktuasi regulasi, menyelami arus kebijakan yang penuh teka-teki, dan mempertahankan diri di tengah tantangan yang tak kunjung usai.
Keberhasilan yang Didorong Hubungan dengan Pemerintah
Pada intinya, kisah Sritex bukan hanya tentang kualitas dan daya tahan produknya, tapi juga tentang bagaimana perusahaan ini cerdas dalam memanfaatkan hubungan politik untuk mendukung operasional bisnisnya.Â
Menurut Katadata (2024), pemerintah Indonesia, bahkan ketika Sritex tengah mengalami pailit, masih mengizinkan perusahaan tersebut untuk melakukan ekspor dan impor demi memastikan roda perusahaan tetap berputar.Â
Hal ini adalah salah satu bentuk dukungan strategis pemerintah dalam regulasi, yang membuktikan betapa pentingnya dukungan politik bagi kelangsungan industri domestik.Â
Sritex tahu bahwa dalam peta bisnis di Indonesia, dukungan pemerintah tak hanya penting, tapi krusial.
Sudah jadi rahasia umum di Indonesia, kedekatan dengan pemerintah bisa membuka jalan mulus bagi perusahaan.Â
Sritex paham betul permainan ini, dan dengan kecermatannya, ia membangun relasi yang erat—mendapatkan izin-izin khusus, insentif pajak, dan dukungan pemerintah yang memungkinkan ekspor-impor berjalan lancar.Â
Hasilnya? Pasar Sritex meluas, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga ke berbagai negara di Asia.Â
Namun, seberapa kokoh sebenarnya fondasi dukungan ini?Â
Ketidakstabilan kebijakan sering kali menerjang tak terduga, memberi dampak yang tak sedikit, bahkan bagi raksasa tekstil sekelas Sritex.
Tantangan Kebijakan yang Berubah-Ubah
Ketika kebijakan berubah, perusahaan-perusahaan tekstil seperti Sritex yang sudah terbiasa dengan dukungan pemerintah harus bersiap menghadapi tantangan baru.Â
Sebagai contoh, baru-baru ini, Kementerian Perdagangan Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 8 Tahun 2024 yang melonggarkan impor tekstil.Â
Menurut Bisnis.com (2024), aturan ini dinilai justru melemahkan industri tekstil nasional karena membanjirnya produk impor yang lebih murah.Â
Komisaris Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, bahkan mengungkapkan bahwa regulasi ini cukup mengganggu operasional dan strategi bisnis perusahaan.Â
Kebijakan yang berubah-ubah ini menunjukkan betapa ketergantungan pada pemerintah bisa menjadi pedang bermata dua.
Kebijakan impor ini bukan sekadar guncangan bagi Sritex, tetapi juga untuk seluruh mata rantai industri tekstil Indonesia.Â
Banjir produk impor dengan harga miring perlahan menggrogoti pasar lokal, memaksa perusahaan-perusahaan besar dan kecil bergulat untuk bertahan.Â
Ketidakstabilan regulasi seolah menjadi bayang-bayang yang mengancam keberlangsungan bisnis Sritex, memberi kita gambaran jelas betapa rentannya industri tekstil nasional di bawah kebijakan yang kerap berubah.Â
Sritex, ikon tekstil yang dulu kokoh, kini harus berjibaku di tengah ketidakpastian pasar yang ditata ulang oleh keputusan-keputusan politis.
Persepsi Masyarakat: Daya Tarik yang Terus Bertahan
Namun, satu hal yang tak berubah bagi Sritex adalah persepsi positif masyarakat terhadap produk-produknya.Â
Sritex berhasil membangun citra sebagai produsen seragam dan pakaian berkualitas yang bertahan lama, khususnya seragam sekolah.Â
Banyak keluarga Indonesia memiliki pengalaman yang sama: seragam buatan Sritex dipakai bertahun-tahun dan tahan lama, jauh lebih awet dibandingkan produk lain.Â
Mengutip Detik.com, kualitas bahan yang kuat dan tahan lama ini menjadi kunci utama daya tarik produk Sritex di mata masyarakat.Â
Tak heran jika banyak yang tetap mempercayakan produk Sritex untuk memenuhi kebutuhan pakaian kerja dan seragam mereka.
Kualitas adalah kekuatan tersembunyi yang tak ternilai, dan inilah yang membuat Sritex tetap berdiri tegak di tengah arus produk impor yang membanjiri pasar.Â
Reputasi Sritex di mata masyarakat memang kokoh, namun itu saja tak cukup.Â
Di balik layar, ada dinamika kebijakan pemerintah yang setiap saat bisa memengaruhi kelangsungan bisnis.Â
Bagi perusahaan sebesar Sritex, merawat hubungan erat dengan pemerintah menjadi sama pentingnya dengan menjaga kualitas produk—keduanya adalah kunci bertahan di dunia yang terus berubah.
Kebijakan yang Stabil untuk Industri Tekstil yang Berkelanjutan
Kisah Sritex menunjukkan bahwa stabilitas kebijakan pemerintah adalah kunci bagi keberlangsungan industri tekstil lokal.Â
Dukungan politik yang konsisten membantu perusahaan seperti Sritex merencanakan masa depan di tengah persaingan dan perubahan regulasi.Â
Namun, pertanyaannya tetap: apakah pemerintah dapat menjamin stabilitas yang dibutuhkan agar industri ini terus bertahan?Â
Dan seberapa jauh kita, sebagai bangsa, siap memberikan komitmen ini untuk melindungi pilar-pilar ekonomi domestik di tengah gempuran produk asing dan ketidakpastian global?
***
Referensi:
- Katadata.co.id. (2024, 29 Oktober). Pemerintah tetap izinkan Sritex lakukan ekspor-impor meski dinyatakan pailit.
- Bisnis.com. (2024, 28 Oktober). Bos Sritex sebut aturan relaksasi impor buat industri tekstil tertekan.
- Detik.com. (2024, 25 Oktober). PT Sritex Sukoharjo produksi apa saja? Ini produk dan lingkup pemasarannya.
- Bisnis.com. (2024, 28 Oktober). Skema penyelamatan Sritex, pemerintah buka opsi bailout.