Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pernikahan, Utang dan Tantangan Pekerja Informal di Indonesia

24 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 24 Oktober 2024   07:07 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan, biaya menikah sering membebani keuangan pekerja.(SHUTTERSTOCK/AJIILHAMPRATAMA) 

La Ode dan Sheila, pasangan muda dari Balikpapan, menikah pada September 2024 dengan harapan hidup bahagia. Namun, seperti banyak pekerja informal di Indonesia, realitas pernikahan mereka diwarnai oleh utang. La Ode sempat mencoba dagang emas untuk biaya pernikahan, tetapi gagal dan akhirnya terjebak cicilan motor sebesar Rp 1,3 juta per bulan. Penghasilannya dari pekerjaan katering hanya Rp 3,5 juta per bulan, sehingga keuangan mereka terus tertekan. 

Ini bukan cerita yang asing di kalangan pekerja informal di Indonesia, di mana pendapatan yang tidak tetap dan pengeluaran besar sering kali bertabrakan, sehingga menyebabkan beban finansial yang luar biasa.

Tekanan Ekonomi dan Adat

Apa yang dialami La Ode dan Sheila sebenarnya mencerminkan gambaran lebih besar dari generasi muda pekerja informal di Indonesia. 

Menurut OJK dan Goodstats, tingkat literasi keuangan di Indonesia pada 2024 telah meningkat hingga 65,43%. 

Angka ini terdengar menjanjikan, tapi kenyataannya, banyak pekerja informal seperti La Ode dan Sheila masih belum cukup memahami cara mengelola keuangan mereka dengan baik.

Selain itu, tekanan adat juga menjadi beban tambahan. Di berbagai daerah di Indonesia, adat sering kali menambah biaya besar dalam sebuah pernikahan. 

Pengaruh adat terhadap biaya pernikahan ini sangat bervariasi. 

Dalam kasus La Ode, adat Buton mengharuskan adanya pembayaran uang adat dan pesta pernikahan yang besar, meski sebenarnya mereka hanya ingin menikah secara sederhana. 

Tekanan dari keluarga besar membuat mereka terjebak dalam tradisi yang, meskipun bermakna, justru memperberat beban finansial.

Tantangan Keuangan Pekerja Informal

Tantangan utama yang dihadapi pekerja informal dalam perencanaan keuangan pernikahan adalah ketidakstabilan penghasilan, kurangnya akses ke produk keuangan formal, dan rendahnya literasi keuangan. 

La Ode hanya memiliki penghasilan yang tidak tetap dari pekerjaannya sebagai buruh, dan seperti banyak pekerja informal lainnya, ia tidak memiliki akses mudah ke pinjaman bank yang lebih aman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun