Namun, ada upaya yang terus dilakukan untuk menjaga warisan ini.Â
Menurut Antara News, setiap tahun, Bulan Bahasa dan Sastra diperingati pada 28 Oktober, sebagai pengingat akan pentingnya Pulau Penyengat dalam sejarah bahasa Indonesia.Â
Pemugaran situs bersejarah dan pelestarian manuskrip-manuskrip kuno di masjid juga terus dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap masa lalu yang gemilang.
Pulau Penyengat bukan hanya sebuah situs sejarah, tetapi juga sebuah warisan yang terus hidup.Â
Generasi mendatang perlu memahami bahwa bahasa yang kita gunakan sehari-hari memiliki akar yang dalam, berasal dari sebuah tempat yang penuh dengan nilai historis dan budaya.Â
Upaya pelestarian ini bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk membangun kesadaran bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga warisan ini.
Kesimpulan
Sejarah Pulau Penyengat mengingatkan kita bahwa bahasa adalah alat yang mempersatukan bangsa.Â
Kontribusi Raja Ali Haji, yang membakukan bahasa Indonesia, tetap relevan hingga kini.Â
Masjid Raya Sultan Riau pun menjadi saksi bisu perjuangan kebudayaan kita.Â
Tapi, apakah cukup sekadar mengenang?Â
Bagaimana kita bisa memastikan bahwa warisan ini tetap hidup dan berkembang di era digital yang serba cepat ini?