Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Tips Digital Marketing dan AI.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Pulau Penyengat, Jejak Bahasa Indonesia yang Terpahat dan Terawat

23 Oktober 2024   13:22 Diperbarui: 24 Oktober 2024   19:07 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak berhenti di situ, Raja Ali Haji juga berperan penting dalam menyusun tata bahasa Melayu yang menggabungkan unsur-unsur keislaman dan budaya lokal, yang nantinya diadopsi dalam sistem pendidikan kolonial Belanda. 

Karyanya tidak hanya membentuk struktur bahasa, tetapi juga meletakkan dasar bagi nasionalisme budaya yang berkembang di Nusantara.

Melalui upayanya ini, Raja Ali Haji diakui sebagai Bapak Bahasa Indonesia. 

Kontribusinya dalam sejarah bangsa sangat jelas: ia memberikan kita sebuah bahasa yang tidak hanya komunikatif, tetapi juga mencerminkan jati diri bangsa yang berdaulat.

Masjid Raya Sultan Riau: Simbol Religius dan Budaya

Di tengah Pulau Penyengat berdiri kokoh Masjid Raya Sultan Riau, sebuah masjid bersejarah yang tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat intelektual dan budaya Melayu. 

Berdasarkan catatan dari Historia, masjid ini menyimpan banyak manuskrip penting, termasuk karya-karya keislaman dan budaya Melayu yang mendalam. 

Ini menunjukkan bagaimana Pulau Penyengat dan masjid ini menjadi titik sentral dalam perjalanan intelektual dan spiritual masyarakat Melayu-Riau.

Masjid Raya Sultan Riau menjadi simbol, tidak hanya dari kekuatan spiritual, tetapi juga sebagai penjaga kebudayaan dan bahasa. 

Di sini, sejarah ditulis dan identitas bangsa dibangun. 

Keberadaan masjid ini menambah kekayaan budaya dan sejarah Indonesia, menunjukkan bahwa agama dan bahasa berjalan berdampingan dalam membentuk fondasi kebangsaan.

Upaya Pelestarian

Hari ini, kita sering melihat Pulau Penyengat dalam bayang-bayang nostalgia sejarah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun