Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Makassar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanti Aksi Menteri Agama dan PPPA Cegah Kekerasan di Pesantren

21 Oktober 2024   18:56 Diperbarui: 21 Oktober 2024   19:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendidikan pesantren (Diolah dengan Dall-E) 

Di balik tembok pesantren yang menanamkan pendidikan akhlak dan ilmu agama, kasus kekerasan terhadap anak muncul sebagai pekerjaan rumah yang mendesak bagi Menteri Agama dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) yang baru. Bagaimana tidak, kekerasan di lingkungan pendidikan seperti ini menodai tujuan luhur dari pesantren sebagai tempat pendidikan yang ideal.

Melanjutkan Program Pesantren Ramah Anak

Menengok ke belakang, Menteri Agama dan Menteri PPPA sebelumnya telah melakukan beberapa langkah penting dalam menangani kekerasan anak di pesantren. 

Program "Pesantren Ramah Anak" menjadi salah satu tonggak utama yang diinisiasi untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan bebas kekerasan bagi anak-anak di pesantren. 

Program ini bukan hanya sekedar slogan, tetapi merupakan upaya nyata untuk mengubah paradigma pendidikan di pesantren yang lebih humanis dan peduli pada hak-hak anak.

Seperti yang dijelaskan oleh Suara Pesantren, program ini juga bertujuan untuk membangun kesadaran di kalangan pesantren agar dapat menyediakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak dalam hal kebersihan, kesehatan, dan kenyamanan, di samping fokus utama pada pendidikan agama. 

Sayangnya, meski telah ada inisiatif yang baik ini, tantangan besar masih menghadang di depan. 

Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kekerasan seksual di pesantren masih terjadi dan jumlah kasusnya cukup signifikan.

Tantangan dalam Mencegah Kekerasan

Jika kita berbicara mengenai tantangan dalam mencegah kekerasan di pesantren, ada dua faktor utama yang mengemuka. 

Pertama, rendahnya kesadaran akan bentuk kekerasan nonfisik, seperti kekerasan verbal dan psikologis. 

Kekerasan bukan hanya soal fisik, dan inilah yang sering kali dilupakan oleh sebagian masyarakat. 

Ketika bentuk-bentuk kekerasan nonfisik ini tidak dipahami dengan baik, anak-anak di pesantren menjadi rentan terhadap perlakuan yang merugikan secara mental dan emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun