Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Makassar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Konten Anabul, Hiburan Lucu Tapi Tanggung Jawabnya Bikin Lesu

18 Oktober 2024   17:33 Diperbarui: 18 Oktober 2024   17:51 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anabul lucu. (DallE)

Siapa yang belum pernah menonton video kucing atau anjing yang lucu di media sosial? 

Entah sedang melompat ke kotak kardus atau berlarian mengejar ekor sendiri, video-video ini hampir pasti pernah muncul di linimasa kita. 

Konten hewan peliharaan berbulu, atau yang sering disebut "anabul," memang sudah sangat populer. 

Tapi, di balik tawa dan hiburan, ada cerita lain yang layak untuk dipahami.

Kenapa Orang Suka Konten Anabul?

Tentu, hiburan jadi alasan utama. Menurut Sproutvideo, konten hewan peliharaan punya kemampuan untuk membuat penonton merasa lebih bahagia. 

Siapa yang tidak tersenyum saat melihat anjing melompat-lompat dengan ceria atau kucing yang bersembunyi dalam kotak? Reaksi emosional ini alami dan sangat kuat.

Namun, tidak hanya untuk bersenang-senang, banyak orang membagikan konten anabul karena mereka ingin berbagi pengalaman. 

Misalnya, beberapa pemilik hewan peliharaan menggunakan media sosial untuk menunjukkan bagaimana cara merawat hewan mereka. 

Bahkan, ada juga yang berkolaborasi dengan merek-merek produk hewan, membuat konten anabul jadi alat pemasaran yang efektif.

Komunitas Online: Tempat Bertukar Cerita

Di Indonesia, konten anabul juga menciptakan komunitas baru. Salah satu contoh yang paling berkembang adalah Dunia Anabul Indonesia. 

Komunitas ini tidak hanya tempat untuk berbagi video lucu, tapi juga menyediakan informasi dan edukasi tentang cara merawat hewan. 

Dengan lebih dari 65.000 pengikut di Instagram dan tiga juta interaksi bulanan, Dunia Anabul Indonesia telah menjadi ruang bagi pecinta hewan untuk saling bertukar cerita dan tips.

Aplikasi seperti FAWNA bahkan menyediakan forum khusus di mana pengguna bisa berdiskusi tentang hewan peliharaan mereka. 

Aplikasi ini juga membantu proses adopsi hewan secara online, mempertemukan orang-orang yang ingin memelihara anabul dengan hewan-hewan yang membutuhkan rumah.

Ekspektasi vs. Realita Memelihara Anabul

Tapi, perlu diingat, apa yang kita lihat di media sosial seringkali hanya sisi menyenangkan dari memelihara hewan. 

Banyak orang terpesona dengan video-video lucu dan akhirnya memutuskan untuk memelihara hewan tanpa mempertimbangkan tanggung jawabnya. 

Memelihara anabul bukan hanya soal bermain dan tertawa. 

Ada hal-hal yang lebih berat seperti merawat kesehatan, memberi makan dengan teratur, dan mengurus kebersihan.

Beberapa orang yang baru pertama kali memelihara hewan bahkan merasa realitasnya tidak sesuai ekspektasi. 

Mereka harus beradaptasi dengan tanggung jawab yang lebih besar dari yang mereka bayangkan. 

Jadi, meskipun video anabul mungkin terlihat mudah dan menyenangkan, kenyataannya tidak seindah yang dibayangkan.

Pengaruh Besar dari Video Anabul

Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa konten anabul punya pengaruh yang cukup besar. 

Banyak orang yang setelah menonton video-video tersebut merasa tergoda untuk memelihara hewan sendiri. 

Menurut kampanye yang dilakukan oleh Best Friends Animal Society, jika lebih banyak orang yang memilih untuk mengadopsi daripada membeli hewan peliharaan, maka jumlah hewan yang di-euthanasia di penampungan bisa berkurang drastis. 

Ini menunjukkan bahwa konten anabul juga bisa menjadi alat yang kuat untuk mendorong adopsi hewan.

Tidak hanya itu, memelihara hewan peliharaan juga terbukti memberikan banyak manfaat emosional. 

Pemilik hewan peliharaan sering kali merasa lebih bahagia dan kurang stres. 

Jadi, selain memberikan hiburan, video-video anabul ini juga bisa menjadi dorongan bagi orang untuk mengambil keputusan positif dalam hidup mereka.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Pada akhirnya, konten anabul tidak hanya sekadar hiburan ringan yang mengisi linimasa kita. 

Ini adalah bagian dari fenomena sosial yang lebih dalam, di mana media sosial membentuk cara kita melihat hewan peliharaan, membangun komunitas, dan mendorong kita untuk mengambil tindakan nyata—seperti mengadopsi hewan atau bahkan memulai akun khusus. 

Namun, di balik video lucu itu, ada realitas yang jarang diperlihatkan. 

Merawat hewan bukanlah tugas sederhana. Ada tanggung jawab besar yang sering kali tak terlihat di layar.

Bagi sebagian orang, konten anabul bisa menjadi inspirasi untuk memelihara hewan, tetapi apakah mereka benar-benar siap dengan komitmen yang diperlukan? 

Setiap momen menggemaskan yang kita saksikan mungkin menyembunyikan tantangan besar di baliknya. 

Jadi, pertanyaannya: Apakah kita siap menghadapi sisi lain dari kesenangan itu? 

Dan lebih jauh lagi, apakah kita benar-benar memahami apa yang kita lihat, atau hanya melihat apa yang ingin kita lihat?

Referensi:

  • Sprout Video. (2023). The psychology of why video makes people more likely to buy.
  • Kanal24. (2023). Dunia Anabul Indonesia, platform digital produk kebutuhan hewan peliharaan.
  • Best Friends Animal Society. (2023). New data shows that if 6 percent more Americans chose to adopt versus purchase pets, all U.S. shelters would be no-kill.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun