Tak bisa dipungkiri, industri gim dan esports di Indonesia kini tengah mengalami perkembangan yang pesat.Â
Buktinya? Cukup lihat saja bagaimana cabang esports menyedot perhatian publik pada PON XXI di Medan kemarin.Â
Masih tidak percaya? buka Youtube, cari keyword 'MPL ID' -kompetisi rutin gim Mobile Legends- dan lihat rerata jumlah penontonnya yang menyentuh jutaan.Â
Namun, di balik cerahnya prestasi dan potensi besar industri ini, ada satu aspek krusial yang masih perlu mendapat perhatian serius: pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal.
Industri gim dan esports di Indonesia telah menjadi bagian integral dari ekonomi kreatif tanah air. Meski kita patut berbangga dengan pertumbuhan pesat sektor ini, kenyataannya masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam hal SDM berkualitas.Â
Menurut data dari Asosiasi Game Indonesia (AGI), industri gim tanah air membutuhkan sekitar 3.000 SDM baru setiap tahunnya untuk mendukung pertumbuhannya. Sayangnya, kebutuhan ini belum bisa terpenuhi secara optimal.
Salah satu masalah utamanya adalah kekurangan talenta senior dengan keahlian spesifik di bidang desain, seni, dan pemrograman. Kemampuan dalam aspek-aspek krusial seperti desain narasi, animasi, dan pemrograman sistem masih sangat terbatas. Akibatnya, banyak studio pengembang gim lokal kesulitan untuk menghasilkan produk yang benar-benar berdaya saing di kancah global.
Lantas, apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini?Â
Sejujurnya, ada beberapa langkah positif yang patut diapresiasi. Salah satunya adalah penerbitan Perpres Nomor 19 Tahun 2024 tentang Percepatan Pengembangan Industri Gim Nasional. Peraturan ini tidak hanya berfokus pada pengembangan industri secara umum, tapi juga mencakup upaya peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan dan edukasi.
Program-program seperti Indonesia Game Developers Exchange (IGDX) dan Global Game Jam juga menjadi wadah bagi para pengembang lokal untuk mengasah keterampilan dan meningkatkan kolaborasi. Belum lagi inisiatif kerjasama dengan pihak swasta dan BUMN untuk memperluas akses pembiayaan bagi pengembang lokal. Semua ini tentu langkah yang patut diacungi jempol.