Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Terungkap! Hubungan Toksik Joker dan Harley di Folie a Deux

3 Oktober 2024   14:43 Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:04 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harley dan Joker di film Joker: Folie a Deux (© Warner Bros)

Pada dasarnya, kita semua pasti pernah mendengar atau menyaksikan hubungan yang berjalan begitu kelam, begitu berbahaya, sehingga kita bertanya-tanya mengapa kedua pihak terus bertahan. 

Hal yang sama tampaknya coba dieksplorasi oleh film Joker: Folie à Deux, yang membawa kita ke dalam kompleksitas hubungan antara Joker dan Harley Quinn—atau Lee dalam film ini. 

Hubungan ini, yang oleh banyak orang mungkin terlihat seperti cinta, nyatanya lebih menyerupai sebuah mesin yang rusak, sebuah spiral kehancuran yang lambat namun pasti. 

Melalui analogi inilah kita akan mengurai lebih dalam bagaimana interaksi mereka menjadi semacam mesin yang menggerus kesehatan mental dan emosional keduanya.

Dasar hubungan yang toksik

Menurut analisis dari Psychology Today, hubungan antara Joker dan Harley dalam Joker: Folie à Deux sama sekali tidak didasari cinta sejati. 

Lee, yang jatuh hati pada Joker setelah melihat aksi pembunuhan yang disiarkan langsung di televisi, menandakan bagaimana ketertarikan mereka bukanlah tentang kasih sayang, melainkan obsesi dan ketertarikan pada sesuatu yang destruktif. 

Joker, seorang individu yang mengalami delusi dan psikosis, menemukan "kesamaan" dengan Lee, yang mungkin secara psikologis juga rapuh. 

Hubungan mereka tidak tumbuh dari empati atau pengertian, tetapi dari kebutuhan untuk menemukan seseorang yang sama-sama terbuang dari realitas sosial.

Jika kita melihat lebih jauh ke masyarakat Indonesia, hubungan seperti ini bukanlah hal yang tidak pernah terdengar. 

Di beberapa kasus, kita sering mendengar kisah pasangan yang bersatu bukan karena cinta, melainkan karena ketergantungan atau trauma bersama. 

Ketergantungan ini, sayangnya, justru sering kali berakhir buruk, baik secara emosional maupun fisik. 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun hubungan Joker dan Harley adalah fiksi, banyak elemen dari hubungan ini yang terasa relevan dan dapat dijadikan pembelajaran.

Saling mempengaruhi secara destruktif

Dalam salah satu adegan yang penting, Harley menggunakan musik untuk membawa Joker keluar dari keadaan pasifnya di Arkham Asylum. 

Adegan ini menunjukkan bagaimana mereka saling mempengaruhi dengan cara yang, di permukaan, mungkin terlihat seperti perhatian, tetapi sesungguhnya merupakan dorongan menuju kehancuran. 

Musik, yang biasanya menjadi sarana penenang dan penyembuhan, dalam konteks ini malah menjadi alat untuk mengeluarkan kegilaan yang lebih dalam pada Joker. 

Hal ini menggambarkan bagaimana hubungan mereka bukanlah sesuatu yang memperbaiki atau menyelamatkan, tetapi justru memicu ketidakstabilan yang semakin parah.

Fenomena ini dapat kita lihat dalam beberapa hubungan toksik di dunia nyata, di mana pasangan yang saling mendukung dalam cara yang keliru justru mempercepat kehancuran mereka. 

Bukannya menolong satu sama lain keluar dari masalah, mereka malah saling mendorong lebih dalam ke dalam jurang.

Arkham asylum: simbolisme kerusakan mental

Arkham Asylum adalah latar yang kuat dalam cerita ini. 

Sebagai tempat di mana Joker dan Harley bertemu, Arkham berfungsi lebih dari sekadar latar fisik. 

Menurut literatur dari Wikipedia, Arkham adalah simbol dari kerusakan mental dan emosional yang mereka alami. 

Bagi Joker, Arkham adalah tempat di mana dia ditahan dalam keadaan terisolasi, jauh dari realitas sosial yang lebih besar, hingga Harley datang dan mempengaruhinya lebih jauh. 

Tempat ini menjadi semacam inkubator untuk hubungan mereka yang penuh ketidakstabilan, di mana kehancuran itu dimulai dan tumbuh dengan cepat.

Jika kita hubungkan dengan konteks kehidupan sosial di Indonesia, Arkham Asylum bisa dilihat sebagai simbolisasi dari kondisi-kondisi atau tempat di mana seseorang mungkin terjebak dalam trauma atau ketidakberdayaan, seperti lingkungan rumah tangga yang toksik atau komunitas yang tertutup. 

Tempat-tempat ini, bukannya menjadi tempat penyembuhan, malah menjadi "ruang" di mana ketidakstabilan semakin tumbuh, terutama ketika orang-orang yang ada di dalamnya tidak memiliki akses atau peluang untuk keluar.

Musik dan spiral kegilaan

Musik adalah elemen penting dalam Joker: Folie à Deux.

Musik tidak hanya untuk mengiringi narasi, tetapi juga untuk memperkuat tema spiral kegilaan yang dialami oleh Joker dan Harley. Harley, dalam upayanya untuk "menyelamatkan" Joker dari keterpurukannya.

Menggunakan musik untuk memancingnya keluar dari keadaan mental yang stagnan. 

Namun, ritme musik yang digunakan bertindak seperti "mesin yang mulai tidak teratur"—suatu metafora untuk hubungan mereka yang semakin rusak. 

Musik dalam film ini bukanlah alat penyembuhan, tetapi katalis untuk kegilaan yang semakin dalam.

Musik sering kali menjadi cerminan emosi. 

Sebuah lagu yang riang dapat membawa suasana yang cerah, sedangkan musik yang gelap dan berulang dapat memperkuat perasaan sedih atau bahkan marah. 

Dalam kasus Joker dan Harley, penggunaan musik menunjukkan betapa rapuhnya mereka, dan bagaimana alat yang seharusnya positif malah disalahgunakan dalam konteks hubungan destruktif ini.

Alegori hubungan yang rusak

Pada akhirnya, Joker: Folie à Deux tidak hanya menggambarkan hubungan antara dua orang yang tidak stabil, tetapi juga menjadi alegori tentang bagaimana hubungan yang rusak dapat menghancurkan kedua pihak yang terlibat. 

Menurut Wikipedia, baik Joker maupun Harley semakin terperosok ke dalam kehancuran mental mereka ketika mereka terlibat lebih dalam satu sama lain. 

Hubungan ini menunjukkan pola dominasi dan ketergantungan yang berbahaya, di mana tidak ada pihak yang benar-benar memimpin, tetapi keduanya saling menarik satu sama lain ke dalam lubang yang lebih dalam.

Alegori ini sangat relevan untuk dipahami dalam konteks hubungan modern, di mana banyak pasangan terjebak dalam siklus ketergantungan yang saling merusak. 

Di Indonesia, fenomena seperti ini bisa ditemukan dalam kasus-kasus hubungan toksik, yang bersifat posesif, di mana salah satu atau kedua pasangan merasa tidak bisa hidup tanpa yang lain, meskipun hubungan tersebut jelas tidak sehat.

Kesimpulan

Film Joker: Folie à Deux memberi kita banyak hal untuk dipikirkan tentang hubungan, terutama hubungan yang rusak dan destruktif. 

Melalui hubungan Joker dan Harley, kita dapat melihat bagaimana ketergantungan yang tidak sehat, obsesi, dan kegilaan dapat menghancurkan seseorang, bahkan lebih cepat ketika tidak ada pihak yang mau atau mampu melepaskan diri.

Referensi: 

  • Psychology Today. (2024). Folie à deux: Joker, Harley, and the folly of two. 
  • Wikipedia. (2024). Joker: Folie à Deux.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun