Aplikasi ini bisa membantu individu melihat dengan jelas pola pengeluaran mereka dan menyesuaikan anggaran agar tidak melebihi batas yang telah ditetapkan.
Selain itu, beri jeda sebelum melakukan pembelian impulsif.Â
Menunggu setidaknya 24 jam untuk pembelian kecil dan hingga 30 hari untuk pembelian besar bisa membantu seseorang mempertimbangkan dengan lebih matang apakah barang yang akan dibeli benar-benar diperlukan atau hanya pelarian sesaat.Â
Dalam konteks Indonesia, di mana konsumsi adalah bagian dari gaya hidup sosial, langkah ini bisa membantu mengurangi godaan belanja impulsif yang sering kali diakibatkan oleh tekanan sosial atau pengaruh media.
Membatasi penggunaan kartu kredit dan beralih ke uang tunai juga bisa menjadi cara efektif untuk mengelola doom spending.Â
Dengan menggunakan uang tunai, individu lebih menyadari jumlah uang yang dikeluarkan, yang secara psikologis bisa menahan dorongan untuk belanja lebih banyak.Â
Dalam budaya Indonesia, yang masih memegang teguh konsep gotong royong dan kesederhanaan, pendekatan ini bisa ditekankan kembali sebagai bagian dari pengelolaan keuangan yang bijak.
Self-compassion dan pengaruhnya pada kesehatan emosional
Di sisi lain, belanja juga bisa menjadi bentuk self-compassion—yakni, cara seseorang memberi penghargaan pada diri sendiri setelah melalui masa-masa sulit.Â
Menurut Calm Sage, jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan perencanaan, self-reward melalui belanja sesekali bisa memberikan manfaat emosional yang nyata.Â
Namun, penting untuk membedakan antara belanja sebagai bentuk self-care yang disengaja dan doom spending yang didorong oleh stres.
Di Indonesia, di mana tekanan sosial untuk memenuhi standar hidup tertentu kerap mempengaruhi cara individu mengelola keuangannya, pendekatan self-compassion ini bisa sangat relevan.Â