Beralih ke ranah politik, adakah bukti bahwa nomor urut benar-benar mempengaruhi hasil pemilu?Â
Dalam Pemilu 2024, kita melihat bagaimana nomor urut tampaknya tidak memiliki korelasi langsung dengan kemenangan. Pasangan Capres dan Cawapres Nomor Urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, memenangkan kontestasi dengan perolehan suara terbesar, yakni 58,58%.Â
Pasangan calon dengan Nomor Urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, memperoleh suara sebesar 24,95%. Dan pasangan Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, meraih suara sebesar 16,47%.
Dari data ini, tidak ada pola yang menunjukkan bahwa nomor urut tertentu lebih menguntungkan.Â
Jika kita hanya berfokus pada angka, Nomor Urut 2 terlihat lebih beruntung. Namun, kemenangan Prabowo-Gibran lebih disebabkan oleh faktor-faktor strategis, popularitas, dan kampanye, bukan karena "keberuntungan" yang melekat pada nomor 2.Â
Hal yang sama juga terjadi dalam Pemilu Legislatif, di mana PDIP yang memiliki Nomor Urut 1 mendapatkan suara terbanyak, tapi tidak ada indikasi bahwa nomor urut lain seperti Nomor 2 atau Nomor 3 secara langsung memengaruhi hasil suara partai-partai tersebut.
Dengan demikian, nomor urut dalam politik Indonesia tampaknya lebih bersifat administratif, meskipun masih diwarnai takhayul oleh sebagian masyarakat.
Perspektif Pakar Numerologi
Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa banyak yang masih percaya pada kekuatan angka.Â
Edith Steller, seorang pakar numerologi yang diwawancarai oleh L'Officiel Austria, mengungkapkan bahwa angka bisa membawa dampak psikologis tertentu pada orang-orang.Â
Menurutnya, banyak kandidat politik yang tanpa sadar bisa dipengaruhi oleh angka-angka yang terkait dengan kampanye mereka. Steller menjelaskan bahwa dalam numerologi, setiap angka memiliki makna tertentu, dan ini bisa membentuk strategi politik dan keputusan penting yang dibuat oleh seorang kandidat.
Meski pandangan ini tampak irasional bagi sebagian orang, namun bagi mereka yang mempercayai numerologi, angka memang memiliki kekuatan.