Tapi, apakah norma ini masih relevan di era modern?Â
Menurut laporan UNFPA Indonesia (2015), meskipun perempuan dan anak perempuan di Indonesia telah membuat langkah signifikan di berbagai bidang, tapi diskriminasi berbasis gender masih terus berlanjut.Â
Ini menunjukkan perlunya perubahan dalam cara kita memandang peran dan hak perempuan dalam masyarakat.Â
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi perempuan Indonesia saat ini adalah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan yang tidak realistis.Â
Artikel oleh 360info.org (2023) mengungkapkan bagaimana media sosial menyebabkan lebih banyak remaja di Indonesia mengalami masalah makan.Â
Hingga 22 persen perempuan berusia 15-29 tahun melaporkan kesulitan dalam mengelola asupan makanan mereka.Â
Dalam menghadapi tantangan ini, adalah penting untuk menghormati pilihan setiap perempuan dalam membentuk tubuh mereka sesuai keinginan, terlepas dari norma sosial yang membatasi.Â
Kita perlu mengkritisi pandangan yang mengekang kebebasan perempuan dan mendukung mereka dalam mengejar passion dan tujuan hidup mereka.Â
Kita dapat belajar dari contoh dari negara lain, di mana perempuan berotot diterima dan dihargai.Â
Atlet seperti Khloud Essam dari Mesir, Fathia Al-Amamy dari Libya, dan Majizita Bhanu dari India telah berprestasi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai yang mereka yakini.Â
Ini menunjukkan bahwa norma kesopanan dapat bervariasi dan berkembang seiring waktu.Â