Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - ASN | Narablog sejak 2010

Introvert, Millenial, Suka belajar hal-hal baru secara otodidak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Digital Hoarding: Mengapa Kita Sulit Menghapus Email?

13 September 2024   14:58 Diperbarui: 13 September 2024   14:59 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi inbox email yang kepenuhan. (Gambar diolah dengan DallE)

Sedera dkk. (2022) mengatakan bahwa penyimpanan digital yang murah dan mudah diakses membuat kita jadi gampang menimbun email. Tidak ada konsekuensi yang langsung dirasakan. Jadi kita terus saja menyimpan file, tanpa sadar bahwa kita sedang menyicil kekacauan, giga demi giga.

Di tempat kerja, masalahnya bisa jadi lebih parah. Neave dkk. (2019) menemukan bahwa orang-orang yang punya tanggung jawab melindungi data cenderung lebih suka menyimpan email, dengan alasan mengikuti aturan atau administrasi pencatatan. Alhasil, inbox mereka lebih mirip gudang arsip digital yang tak berujung.

Lalu apa dampaknya?

Selain masalah teknis seperti Gmail yang tidak bisa menerima pesan baru, ada juga risiko keamanan siber. Sillence dkk. (2023) memperingatkan bahwa penimbunan data digital bisa meningkatkan risiko kebocoran informasi.

Belum lagi dampaknya terhadap lingkungan. Semakin banyak data yang kita simpan, semakin besar pula kebutuhan akan server penyimpanan data, yang tentunya membutuhkan energi lebih banyak.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, Sweeten dkk. (2018) menemukan bahwa kecemasan terkait penimbunan file digital ini bisa berdampak pada kesehatan mental kita. Ada rasa kesulitan dan stres yang muncul ketika kita harus memfilter ribuan email untuk menentukan mana yang harus dihapus.

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Solusi yang ditawarkan seperti menghapus file besar atau membeli kapasitas tambahan memang bisa membantu secara teknis. Tapi itu seperti mengobati gejala, bukan penyebabnya.

Mungkin kita perlu mulai memikirkan hubungan kita dengan data digital. Apakah kita benar-benar membutuhkan semua email itu? Atau kita hanya takut kehilangan? Mungkin sudah saatnya kita belajar untuk "melepaskan" dan mulai memilah mana informasi yang benar-benar penting.

Saya sendiri mulai mencoba untuk lebih rapi dalam menyimpan email. Setiap akhir bulan, saya akan menyisihkan waktu untuk "bersih-bersih digital". Rasanya seperti terapi, melepaskan beban yang tidak perlu.

Jadi di lain waktu, saat Anda melihat peringatan Gmail penuh, jangan langsung panik. Anggap saja itu sebagai pengingat untuk mulai mengatur tempat kerja digital Anda agar lebih ringkas.

Karena pada akhirnya, kebahagiaan bukan hanya soal seberapa banyak yang kita miliki, tapi seberapa bebas kita dari keterikatan terhadap sesuatu hal yang tidak perlu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun