Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dampak Perubahan Iklim: Produktivitas Turun, Ketimpangan Meningkat

9 September 2024   16:31 Diperbarui: 9 September 2024   16:42 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dampak perubahan iklim akibat global warming (Gambar diolah dengan DallE)

Seringkali, fokus kebijakan terletak pada mitigasi di wilayah-wilayah yang sudah berkembang, sementara daerah-daerah yang lebih panas dan tertinggal seperti NTT kurang mendapatkan perhatian yang memadai (Guivarch, Taconet, & Méjean, 2021). 

Dalam konteks sosial budaya, perubahan iklim juga membawa dampak signifikan. 

Di wilayah-wilayah beriklim panas, banyak budaya lokal yang bergantung pada alam kini terancam hilang. 

Tradisi pertanian, yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, mulai terkikis karena kondisi alam yang tidak lagi mendukung. 

Masyarakat yang dulu hidup berdampingan dengan alam kini dipaksa untuk mencari alternatif ekonomi yang sering kali tidak sesuai dengan budaya lokal mereka. 

Proses ini tidak hanya merusak perekonomian, tetapi juga mengancam keberlangsungan budaya yang telah hidup selama ratusan tahun. 

Lebih dari itu, perpindahan penduduk dari daerah panas ke kota-kota besar menciptakan dinamika sosial baru yang tidak selalu positif. 

Ketika penduduk dari daerah panas pindah ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, mereka sering kali menghadapi kesulitan beradaptasi dengan kehidupan perkotaan yang serba cepat dan kompetitif. 

Ini menciptakan segregasi sosial baru di kota-kota besar, di mana penduduk asli kota merasa "terancam" oleh masuknya pendatang dari daerah panas. 

Akibatnya, muncul ketegangan sosial yang memperburuk situasi, baik di kota maupun di daerah asal para pendatang (World Bank, 2023). 

Jadi, bagaimana kita seharusnya merespons masalah ini? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun