ekonomi kita.Â
Hari ini kita kehilangan salah satu suara paling lantang dan kritis dalam duniaFaisal Basri, ekonom senior yang selalu berani bersuara lantang terhadap kebijakan pemerintah, telah berpulang pada Kamis dini hari di usia 65 tahun.Â
Saya, sebagai warga biasa yang gemar membaca dan berdiskusi tentang isu-isu terkini, merasa kehilangan yang mendalam atas kepergian beliau.
Faisal Basri bukan sekadar ekonom. Beliau adalah sosok yang menjembatani dunia akademis dengan masyarakat awam seperti saya.Â
Dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, beliau mampu menjelaskan konsep-konsep ekonomi rumit menjadi hal yang bisa dicerna oleh orang awam.Â
Kini, siapa lagi yang akan menerjemahkan kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah untuk kita?
Kepergian Faisal Basri bukan hanya kehilangan bagi dunia akademis, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Beliau adalah penjaga demokrasi kita, yang selalu berani bersuara lantang ketika melihat ketidakadilan atau kebijakan yang merugikan rakyat.Â
Seperti yang diungkapkan oleh Vedi R. Hadiz (2021) dalam penelitiannya, peran intelektual publik seperti Faisal Basri sangatlah penting dalam menyuarakan kebenaran kepada penguasa, meskipun hal tersebut mengandung risiko terhadap karir dan reputasi mereka.
Perjalanan karir Faisal Basri penuh dengan tantangan. Sebagai ekonom yang kritis, beliau sering kali harus berhadapan dengan struktur kekuasaan politik dan ekonomi yang membatasi ruang kritik.Â
Namun, seperti yang dijelaskan dalam teori Ekonomi Politik Kritis, Faisal Basri selalu menemukan cara untuk tetap menyuarakan pandangannya.
Salah satu contoh nyata adalah ketika beliau mengkritisi kebijakan utang pemerintah.Â
Faisal Basri dengan tegas menunjukkan bahwa utang Indonesia telah naik 3,3 kali lipat sejak akhir 2014. Beliau mempertanyakan efektivitas utang ini, mengingat pertumbuhan ekonomi masih stagnan di angka 5%.Â
"Jadi betul ada yang salah. Utang ini kemana dan utang Jokowi ini digadang-gadang kalau tidak ada utang tidak ada pembangunan infrastruktur," ujar beliau dalam sebuah podcast INDEF.
Kritik-kritik tajam Faisal Basri tidak hanya terbatas pada masalah utang. Beliau juga vokal dalam mengkritisi kebijakan hilirisasi, kenaikan PPN menjadi 12%, hingga masalah oligarki.Â
Bahkan, beliau pernah menantang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, terkait kebijakan hilirisasi.
Namun, di balik kritik-kritik tajamnya, Faisal Basri selalu menekankan bahwa tujuan pembangunan bukanlah semata-mata pembangunan fisik.Â
"Pembangunan itu kan ujung-ujungnya adalah meningkatkan kualitas manusia, bukan berapa kilometer jalan yang dibangun, tapi manusianya itu berkualitas (atau) tidak," ujar beliau dalam sebuah diskusi publik.
Pembangunan itu kan ujung-ujungnya adalah meningkatkan kualitas manusia, bukan berapa kilometer jalan yang dibangun, tapi manusianya itu berkualitas (atau) tidak.
Sikap kritis Faisal Basri terhadap pemerintah bukan tanpa konsekuensi. Seperti yang dijelaskan oleh Hadiz (2021), intelektual publik yang kritis sering kali menghadapi hambatan dalam karir akademis maupun peran publik mereka. Namun, Faisal Basri tetap konsisten dengan prinsipnya, bahkan hingga akhir hayatnya.
Kepergian Faisal Basri meninggalkan kekosongan besar dalam diskursus ekonomi-politik di Indonesia. Siapa yang akan mengisi kekosongan ini? Siapa yang akan berani bersuara lantang mengkritisi kebijakan pemerintah demi kepentingan rakyat?
Sebagai warga biasa, saya merasa kehilangan sosok panutan yang selalu mendorong kita untuk berpikir kritis.Â
Faisal Basri telah mengajarkan kita bahwa menjadi kritis bukan berarti tidak cinta negara. Sebaliknya, kritik yang membangun justru menunjukkan kecintaan yang mendalam terhadap negara dan rakyatnya.
Kini, tugas kita adalah melanjutkan semangat kritis Faisal Basri. Kita harus terus mempertanyakan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat. Kita harus berani bersuara, meskipun suara kita mungkin tidak selantang dan setajam Faisal Basri.
Selamat jalan, Pak Faisal. Terima kasih telah menjadi suara kebenaran di tengah hiruk pikuk politik dan ekonomi Indonesia. Semoga perjuangan Anda menginspirasi generasi mendatang untuk terus kritis dan berani menyuarakan kebenaran.
Referensi:
[1] Liputan6. com. (2024, September 5). Profil Faisal Basri, Ekonom Senior yang Meninggal Dunia di Usia 65 Tahun. [https: Â //www. Â liputan6. Â com/regional/read/5693756/profil-faisal-basri-ekonom-senior-yang-meninggal-dunia-di-usia-65-tahun]
[2] LP3ES. (2022, November 4). Tantangan Indonesia dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global. [https: Â //www. Â lp3es. Â or. id/2022/11/04/tantangan-indonesia-dalam-menghadapi-krisis-ekonomi-global/]
[3] Antaranews. com. (2024, September 5). INDEF: Faisal Basri perjuangkan keadilan dalam ekonomi dan politik RI. [https: Â //www. Â antaranews. Â com/berita/4310031/indef-faisal-basri-perjuangkan-keadilan-dalam-ekonomi-dan-politik-ri]
[4] Detik. com. (2024, September 5). Mengenang Sosok Faisal Basri yang Sederhana dan Kritis. [https: Â //news. Â detik. Â com/kolom/d-7525477/mengenang-sosok-faisal-basri-yang-sederhana-dan-kritis]
[5] Kompas. id. (2024, September 5). Mengenang Sosok dan Pemikiran Faisal Basri. [https: Â //www. Â kompas. Â id/baca/ekonomi/2024/09/05/mengenang-sosok-dan-pemikiran-faisal-basri]
[6] CNBC Indonesia. (2024, September 5). Sederet Kritik Tajam Faisal Basri, dari Utang Sampai Hilirisasi. [https: Â //www. Â cnbcindonesia. Â com/news/20240905093232-4-569291/sederet-kritik-tajam-faisal-basri-dari-utang-sampai-hilirisasi]
[7] LPEM FEB UI. (n. d. ). Faisal H. Basri. [https: Â //lpem. Â org/faisal-h-basri/]
[8] Tempo. co. (2024, September 5). Deretan Kritik Faisal Basri ke Jokowi: Dari Kenaikan PPN Jadi 12 Persen, Oligarki, hingga Jebloknya Investasi. [https: Â //bisnis. Â tempo. Â co/read/1912668/deretan-kritik-faisal-basri-ke-jokowi-dari-kenaikan-ppn-jadi-12-persen-oligarki-hingga-jebloknya-investasi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H