Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gunung Kidul Bergetar, Siapkah Indonesia Menghadapi Megathrust?

27 Agustus 2024   15:03 Diperbarui: 27 Agustus 2024   23:25 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gempa.(SHUTTERSTOCK/ANDREY VP) 

Gempa yang baru saja mengguncang Gunungkidul memang menarik perhatian banyak pihak. Sebagai warga Indonesia yang tinggal di negeri cincin api, kita sudah terbiasa dengan fenomena gempa bumi. 

Namun, ketika kata "megathrust" disebut, tentu ada kekhawatiran tersendiri yang muncul. 

Mari kita telaah lebih dalam apa sebenarnya yang terjadi dan bagaimana kita harus menyikapinya.

Pertama-tama, penting untuk dipahami bahwa gempa dengan kekuatan 5,5 SR yang terjadi di Gunungkidul bukanlah gempa megathrust itu sendiri, melainkan gempa yang terjadi di zona megathrust. Zona megathrust adalah area pertemuan dua lempeng tektonik di mana salah satu lempeng menunjam ke bawah lempeng lainnya. Di sinilah potensi gempa besar tersimpan.

BMKG melalui Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono, menjelaskan bahwa gempa Gunungkidul ini merupakan jenis gempa dangkal akibat deformasi batuan di bidang kontak antar lempeng. Ini artinya, gempa tersebut terjadi karena adanya pergerakan atau perubahan bentuk batuan di zona pertemuan lempeng-lempeng tektonik.

Lantas, apakah gempa ini merupakan tanda akan terjadinya gempa dahsyat? Jawabannya tidak sesederhana itu. Para ahli geologi dan seismologi selalu menekankan bahwa tidak ada teknologi yang dapat memprediksi dengan pasti kapan gempa besar akan terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah memahami potensi dan bersiap menghadapinya.

Indonesia memang dikelilingi oleh banyak titik megathrust. Ada 16 zona megathrust yang mengelilingi negeri kita, mulai dari Aceh-Andaman hingga subduksi Lempeng Laut Filipina. Khusus untuk wilayah selatan Jawa, terdapat tiga segmentasi megathrust yaitu Segmen Jawa Timur, Segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan Segmen Banten-Selat Sunda. Ketiga segmen ini memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum mencapai 8,7 SR.

Meski demikian, kita tidak perlu panik. Gempa Gunungkidul kemarin, meskipun cukup kuat, tidak berpotensi menimbulkan tsunami. BMKG juga mencatat telah terjadi 31 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 4,0 SR hingga pukul 22.30 WIB. Pola gempa susulan ini menunjukkan tren yang semakin berkurang baik dari segi besaran magnitudo maupun frekuensinya.

Yang menarik, gempa Gunungkidul telah membawa perubahan signifikan dalam persepsi dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman gempa megathrust. Meskipun gempa ini bukan merupakan gempa megathrust itu sendiri, kejadian ini telah meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi bahaya yang lebih besar.

Beberapa perubahan yang terlihat antara lain: 

  • Peningkatan kewaspadaan: Warga Giripanggung terlihat berhamburan keluar rumah saat merasakan guncangan, menunjukkan tingkat kewaspadaan yang meningkat.
  • Penguatan program mitigasi: BPBD Gunungkidul telah memperkuat upaya mitigasi dengan membentuk "kalurahan tangguh bencana" untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
  • Peningkatan kesadaran akan pentingnya informasi: Masyarakat semakin aktif mencari informasi resmi dari BMKG dan BNPB, menunjukkan kesadaran akan pentingnya informasi yang akurat.
  • Simulasi kesiapsiagaan: Lembaga pendidikan seperti MAN 1 Gunungkidul telah mengadakan simulasi aman bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan sivitas akademika.
  • Perubahan persepsi terhadap ancaman gempa: Masyarakat mulai memahami bahwa gempa kecil hingga menengah di zona megathrust bisa menjadi indikator potensi gempa yang lebih besar. 

Meski demikian, masih ada tantangan dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. BMKG menekankan bahwa keberadaan megathrust bukan untuk menimbulkan kecemasan dan ketakutan, melainkan untuk mendorong persiapan mitigasi yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun