Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tas Mewah KW, Cerminan Gaya Hidup Mewah di Indonesia

25 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 26 Agustus 2024   14:16 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tas Hermes Birkin.  Sebuah nama yang langsung membuat mata berbinar dan dompet bergetar. Siapa yang tidak mengenal ikon fashion mewah ini?  

Tapi tunggu dulu, sebelum Anda tergoda untuk membelinya, ada beberapa hal yang perlu direnungkan.

Belakangan ini, viral kasus istri pejabat yang terang-terangan mengaku memakai tas Hermes KW. Hal ini memicu perdebatan seru di media sosial.

Ada yang mencibir, ada pula yang membela.

Tapi di balik kontroversi itu, ada pertanyaan yang lebih mendasar: mengapa kita perlu tahu cara membedakan tas Hermes Birkin palsu dan asli?

Dan lebih jauh lagi, mengapa banyak perempuan lebih memilih tas KW yang mahal meskipun tahu itu palsu?

Mari kita bedah satu per satu.

Pertama, kenapa penting membedakan yang asli dan palsu? Jawabannya sederhana: investasi dan harga diri.

Tas Hermes Birkin bukan sekadar aksesori, tapi aset. Harganya bisa mencapai miliaran rupiah dan nilainya cenderung naik dari tahun ke tahun [1]. Jika Anda berniat membeli Birkin sebagai investasi, tentu Anda tidak ingin tertipu membeli barang palsu, bukan?

Tapi di luar aspek finansial, ada faktor psikologis yang tak kalah penting.

Memakai tas Hermes asli memberikan rasa percaya diri dan prestise tersendiri. Anda merasa menjadi bagian dari kelompok elite yang eksklusif.

Bayangkan betapa malunya jika tas yang Anda bangga-banggakan ternyata palsu dan ketahuan oleh orang lain!

Lalu, mengapa masih banyak perempuan yang memilih tas KW mahal?

Ini fenomena menarik. Mereka tahu itu palsu, tapi tetap membelinya.

Alasannya beragam. Ada yang ingin tampil bergaya tanpa menguras tabungan. Ada pula yang sebenarnya mampu membeli yang asli, tapi merasa itu pemborosan. Yang menarik, banyak juga yang membeli KW sebagai "percobaan" sebelum membeli yang asli [2].

Fenomena ini sebenarnya mencerminkan dilema yang dihadapi banyak perempuan modern.

Di satu sisi, ada tekanan sosial untuk tampil mewah dan bergengsi. Di sisi lain, ada kesadaran bahwa membeli barang branded asli bisa jadi tidak praktis atau bahkan tidak bertanggung jawab secara finansial.

Membeli KW menjadi semacam jalan tengah, meskipun tentu saja ini menimbulkan pertanyaan etis tersendiri.

Bicara soal etika, kita sampai pada pertanyaan terakhir: mengapa slogan "cinta produk dalam negeri" sepertinya kurang ampuh bagi para pencinta tas mewah ini?

Jawabannya kompleks, tapi mari kita coba urai.

Pertama, ada masalah persepsi. Produk lokal sering dianggap kurang berkualitas atau kurang bergengsi dibanding brand internasional. Ini tentu tidak selalu benar, tapi stereotip ini sulit dihilangkan.

Kedua, ada faktor sosial. Memakai brand terkenal seperti Hermes memberikan status sosial yang sulit ditandingi produk lokal [3].

Ketiga, dan mungkin yang paling penting, adalah masalah identitas. Bagi sebagian orang, memakai brand mewah adalah cara untuk mengekspresikan diri dan aspirasi mereka. Mereka tidak hanya membeli tas, tapi membeli sebuah citra dan gaya hidup. Produk lokal, sebaik apapun kualitasnya, belum tentu bisa memberikan "nilai tambah" ini.

Jadi, apa solusinya?

Mungkin kita perlu pendekatan yang lebih holistik. Daripada hanya menyerukan "cinta produk dalam negeri", kita perlu membangun ekosistem fashion lokal yang tidak hanya unggul dalam kualitas, tapi juga dalam branding dan citra.

Kita perlu desainer-desainer lokal yang bisa menciptakan produk yang tidak kalah prestigious dengan brand internasional.

Pada akhirnya, pilihan ada di tangan kita masing-masing. Apakah kita akan terus mengejar brand luar negeri, atau mulai menghargai karya anak bangsa? Apakah kita akan membeli KW demi gengsi, atau lebih memilih produk lokal yang mungkin tidak setenar Hermes tapi justru lebih otentik mencerminkan identitas kita

Satu hal yang pasti, fenomena Hermes Birkin ini bukan sekadar soal tas.

Ini adalah cermin dari nilai-nilai, aspirasi, dan dilema yang kita hadapi sebagai masyarakat modern.

Mungkin sudah saatnya kita tidak hanya pandai membedakan tas asli dan palsu, tapi juga lebih jeli melihat apa yang benar-benar berharga dalam hidup kita.

Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda pernah tergoda membeli tas KW? Atau justru Anda lebih memilih produk lokal?

Referensi: 

  • [1] Beautynesia. (n.d.). Viral istri pejabat ngaku pakai tas Hermes KW, kenali ciri-ciri tas Hermes asli dan palsu. [https:  //www.  beautynesia.  id/fashion/viral-istri-pejabat-ngaku-pakai-tas-hermes-kw-kenali-ciri-ciri-tas-hermes-asli-dan-palsu/b-273128] 
  • [2] Wulandari, C. (n.d.). Cara bedakan Hermes asli dengan palsu, jangan sampai tertipu. Popmama. [https:  //www.  popmama.  com/life/fashion-and-beauty/citra-wulandari/cara-bedakan-hermes-asli-dengan-palsu-jangan-sampai-tertipu] 
  • [3] Luxe Houze. (n.d.). 7 cara membedakan tas Hermes asli dan palsu. [https:  //blog.  luxehouze.  com/id/7-cara-membedakan-tas-hermes-asli-dan-palsu/] 
  • [4] Jawa Pos. (n.d.). Jangan tertipu, simak 7 cara bedakan tas Hermes KW dengan yang asli. [https:  //www.  jawapos.  com/lifestyle/01376191/jangan-tertipu-simak-7-cara-bedakan-tas-hermes-kw-dengan-yang-asli] 
  • [5] Fimela. (n.d.). Membedakan tas Hermes yang asli dan palsu, begini 9 tips dari selebgram dr Rininta Christabella. [https:  //www.  fimela.  com/entertainment/read/4918626/membedakan-tas-hermes-yang-asli-dan-palsu-begini-9-tips-dari-selebgram-dr-rininta-christabella]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun