Bayangkan betapa malunya jika tas yang Anda bangga-banggakan ternyata palsu dan ketahuan oleh orang lain!
Lalu, mengapa masih banyak perempuan yang memilih tas KW mahal?
Ini fenomena menarik. Mereka tahu itu palsu, tapi tetap membelinya.
Alasannya beragam. Ada yang ingin tampil bergaya tanpa menguras tabungan. Ada pula yang sebenarnya mampu membeli yang asli, tapi merasa itu pemborosan. Yang menarik, banyak juga yang membeli KW sebagai "percobaan" sebelum membeli yang asli [2].
Fenomena ini sebenarnya mencerminkan dilema yang dihadapi banyak perempuan modern.
Di satu sisi, ada tekanan sosial untuk tampil mewah dan bergengsi. Di sisi lain, ada kesadaran bahwa membeli barang branded asli bisa jadi tidak praktis atau bahkan tidak bertanggung jawab secara finansial.
Membeli KW menjadi semacam jalan tengah, meskipun tentu saja ini menimbulkan pertanyaan etis tersendiri.
Bicara soal etika, kita sampai pada pertanyaan terakhir: mengapa slogan "cinta produk dalam negeri" sepertinya kurang ampuh bagi para pencinta tas mewah ini?
Jawabannya kompleks, tapi mari kita coba urai.
Pertama, ada masalah persepsi. Produk lokal sering dianggap kurang berkualitas atau kurang bergengsi dibanding brand internasional. Ini tentu tidak selalu benar, tapi stereotip ini sulit dihilangkan.
Kedua, ada faktor sosial. Memakai brand terkenal seperti Hermes memberikan status sosial yang sulit ditandingi produk lokal [3].