Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Badan Gizi Nasional: Harapan atau Sekedar Angan?

24 Agustus 2024   07:00 Diperbarui: 24 Agustus 2024   07:19 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka mengecek pilot project makan bergizi gratis (KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA A)

Misalnya, bagaimana mungkin kita bisa memahami pola gizi di berbagai daerah jika data yang dikumpulkan tidak seragam? Standarisasi ini tidak hanya akan meningkatkan akurasi data tetapi juga mempercepat pengambilan keputusan di tingkat pusat (UNAIR Journal).

Tentu saja, kita tidak boleh melupakan pentingnya inovasi dan adaptasi. Di era digital ini, teknologi seharusnya menjadi sekutu terbaik dalam memerangi masalah gizi.

Misalnya, fitur rekomendasi otomatis di e-PPGBM yang diusulkan dalam literatur bisa menjadi game changer jika diimplementasikan dengan benar. Fitur ini dapat memberikan rekomendasi intervensi gizi yang spesifik berdasarkan data yang telah dianalisis, sehingga intervensi yang dilakukan lebih tepat sasaran dan efisien (SEADS).

Tetapi, inovasi saja tidak cukup jika tidak didukung dengan kolaborasi yang kuat. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, lembaga penelitian, dan sektor swasta harus dijalin dan dikelola dengan baik.

Contohnya, kerjasama dengan universitas untuk penelitian gizi yang lebih mendalam bisa memberikan wawasan yang lebih baik dalam merancang program gizi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di berbagai daerah. Di sisi lain, sektor swasta melalui program CSR bisa mendukung penyebaran program-program gizi ke masyarakat yang lebih luas (UNAIR Journal).

Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Badan Gizi Nasional harus terus berinovasi dan beradaptasi. Tanpa itu, mereka hanya akan menjadi badan lain yang tenggelam dalam birokrasi.

Masalah gizi adalah masalah yang dinamis, berubah seiring waktu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan iklim, ekonomi, dan budaya. Oleh karena itu, Badan Gizi Nasional harus selalu siap untuk menyesuaikan kebijakan dan programnya dengan kondisi lapangan yang terus berubah (UNAIR Journal).

Pada akhirnya, pertanyaan besar ini tidak bisa dijawab dengan satu kalimat sederhana.

Ya, Badan Gizi Nasional memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia, tetapi itu semua tergantung pada bagaimana mereka akan memanfaatkan data, meningkatkan kapasitas SDM, menjalin kolaborasi yang kuat, dan berinovasi secara berkelanjutan.

Dan untuk masyarakat Indonesia, kita harus berharap bahwa badan ini tidak hanya menjadi simbolis, tetapi benar-benar memberikan dampak yang nyata dalam meningkatkan kesejahteraan gizi kita semua.

Referensi:

  • Asian Development Bank. (2022). Assessing the implementation of Indonesia’s national nutrition information system. SEADS. Retrieved from https:  //seads.  adb.  org/solutions/assessing-implementation-indonesias-national-nutrition-information-system 
  • Universitas Airlangga. (2023). Media Gizi Indonesia: Vol. 18 No. 3 (2023). Media Gizi Indonesia. Retrieved from https:  //e-journal.  unair.  ac.  id/MGI/issue/view/2460 
  • Universitas Airlangga. (2023). Media Gizi Indonesia. Retrieved from https:  //e-journal.  unair.  ac.  id/MGI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun