Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - ASN | Narablog sejak 2010

Introvert, Millenial, Suka belajar hal-hal baru secara otodidak.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gelombang Nostalgia Radio Era 80-90an yang Tak Terlupakan

21 Agustus 2024   18:48 Diperbarui: 22 Agustus 2024   14:51 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi radio transistor (Risky Syahriadi dari Pexels)

Masih ingatkah Anda dengan suara merdu penyiar radio yang menemani pagi hingga malam hari kita di era 80-90an? Ah, nostalgia yang manis sekaligus menyesakkan. 

Radio, benda ajaib berbentuk kotak yang dulu menjadi primadona di setiap rumah, kini seolah terlupakan. Namun, perannya sebagai sumber hiburan utama di masa lalu tak bisa kita abaikan begitu saja.


Mari kita bernostalgia sejenak. Bayangkan suasana pagi hari di rumah-rumah Indonesia era 80-90an. 

Aroma kopi dan nasi goreng bercampur dengan suara radio yang mengalunkan lagu-lagu hits. Ibu-ibu sibuk di dapur sambil bersenandung mengikuti lagu yang diputar. Bapak-bapak membaca koran ditemani berita pagi dari radio kesayangan. Anak-anak bersiap ke sekolah sambil mendengarkan kuis pagi yang seru. 

Radio menjadi teman setia di setiap momen.

Tapi mengapa radio begitu istimewa kala itu? Jawabannya sederhana: aksesibilitas dan variasi konten. 

Di era di mana televisi masih menjadi barang mewah, radio hadir sebagai alternatif hiburan yang terjangkau. Dengan harga yang relatif murah, setiap keluarga bisa memiliki "kotak ajaib" ini di rumah mereka. 

Tak heran jika penetrasi radio di Indonesia mencapai puncaknya pada era tersebut. 

Radio bukan sekadar alat pemutar musik. Ia adalah jendela dunia bagi masyarakat Indonesia. 

Dari berita, sandiwara radio, hingga acara musik, semua bisa didapatkan hanya dengan memutar tombol frekuensi. Program-program seperti "Top Hits Pop Indonesia" (THPI) di Radio Ganesha Bandung menjadi favorit pendengar. 

Acara tangga lagu semacam ini sangat populer di kalangan anak muda. Bayangkan betapa berartinya hal ini di masa ketika hiburan masih terbatas. Radio menjadi sumber informasi dan hiburan yang tak tergantikan. 

Namun, peran radio sebagai hiburan utama tak lepas dari kreativitas para penyiarnya. Ingatkah Anda dengan acara "Catatan Si Boy" yang fenomenal itu? Atau mungkin Anda penggemar setia "Midnight Request"? 

Program-program radio ini bukan sekadar hiburan, tapi juga menjadi cerminan budaya pop Indonesia kala itu. Mereka membentuk selera musik, gaya berbicara, bahkan cara berpikir generasi muda. 

Tak bisa dipungkiri, radio juga menjadi media yang mempersatukan. Di era pra-internet, radio menjadi jembatan komunikasi antar pendengar. 

Melalui program request lagu atau curhat on-air, orang-orang yang tak saling kenal bisa terhubung. Bukankah ini fenomena sosial yang menarik? Bagaimana sebuah alat elektronik sederhana bisa menciptakan rasa kebersamaan yang begitu kuat? 

Namun, seperti kata pepatah, setiap yang naik pasti akan turun. Seiring berkembangnya teknologi, peran radio sebagai sumber hiburan utama perlahan memudar. 

Televisi, internet, dan smartphone hadir membawa aneka hiburan baru yang lebih beragam dan interaktif. Akankah ini berarti akhir dari era keemasan radio? 

Mungkin tidak sepenuhnya. Meski tak lagi menjadi primadona, radio tetap memiliki tempat di hati pendengar setianya. 

Bahkan di era digital ini, banyak stasiun radio yang berhasil beradaptasi dengan streaming online dan podcast. Bukankah ini bukti ketangguhan media audio tertua ini? 

Lantas, apa yang bisa kita pelajari dari fenomena radio sebagai sumber hiburan utama di masa lalu? Mungkin ini tentang kesederhanaan yang membahagiakan. 

Atau mungkin tentang kekuatan audio dalam menciptakan imajinasi. 

Atau bisa jadi, ini adalah pelajaran tentang bagaimana teknologi, sekecil apapun, bisa membawa perubahan besar dalam masyarakat. 

Kini, saat kita dikelilingi berbagai pilihan hiburan, mungkin ada baiknya kita sesekali menoleh ke belakang. Mengenang masa di mana sebuah kotak kecil bernama radio mampu menghibur, mengedukasi, dan mempersatukan. 

Bukankah itu pencapaian yang luar biasa? 

Jadi, kapan terakhir kali Anda mendengarkan radio? Mungkin sudah saatnya kita kembali memutar tombol frekuensi itu, merasakan kembali sensasi mendengarkan suara penyiar yang ramah, dan membiarkan imajinasi kita terbang bersama gelombang radio. 

Siapa tahu, kita akan menemukan kembali keajaiban yang pernah hilang.

-
Referensi:

  • [1] Wikipedia. (n.d.). Sejarah Radio Republik Indonesia. Retrieved from https:  //id.  wikipedia.  org/wiki/Sejarah_Radio_Republik_Indonesia 
  • [2] Seputar Bandung Raya. (2019, November). Sejuta kenangan siaran-siaran radio di masa lalu. Retrieved from https:  //www.  seputarbandungraya.  com/2019/11/sejuta-kenangan-siaran-siaran-radio-di.html 
  • [3] Inilah. com. (n.d.). Sejarah lahirnya radio pertama di Indonesia. Retrieved from https:  //www.  inilah.  com/sejarah-lahirnya-radio-pertama-di-indonesia 
  • [4] Tinta Hijau. (n.d.). Mengenang kembali top hits acara radio favorit era 80-90an. Retrieved from https:  //www.  tintahijau.  com/entertainmen/mengenang-kembali-top-hits-acara-radio-favorit-era-80-90an/ 
  • [5] RRI Yogyakarta. (n.d.). Sejarah RRI Yogyakarta. Retrieved from https:  //ppid.  rri.  go.  id/download/dokumen/sejarah_rri_yogyakarta.pdf/13468 
  • [6] Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2021, March 22). Sejarah penyiaran radio di Indonesia. Retrieved from https:  //mpn.  kominfo.  go.  id/index.php/2021/03/22/sejarah-penyiaran-radio-di-indonesia/ 
  • [7] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (n.d.). Peran radio dari masa ke masa. Retrieved from https:  //kemenparekraf.  go.  id/ragam-ekonomi-kreatif/Peran-Radio-dari-Masa-ke-Masa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun