Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Dari Warkop DKI ke Tiktok, Perjalanan Humor Orang Indonesia yang Bikin Geleng Kepala

21 Agustus 2024   07:00 Diperbarui: 21 Agustus 2024   07:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kasino, Dono dan Indro tergabung dalam Warkop KI (Popbela)

Dr. Ade Armando (ya Ade Armando yang itu), seorang ahli komunikasi dari Universitas Indonesia, pernah mengatakan bahwa perubahan pola komunikasi di era digital ini berdampak besar pada cara kita memproduksi dan mengonsumsi humor. "Dulu humor itu proses sosial yang melibatkan interaksi langsung. Sekarang, humor menjadi lebih personal dan instan," katanya.

Namun di balik semua perubahan ini, ada satu hal yang tidak berubah: fungsi humor itu sendiri. 

Entah dalam bentuk film Warkop DKI atau video TikTok 15 detik, humor tetap menjadi saluran kita untuk mengkritik dan kabur sejenak dari kenyataan hidup yang kadang pahit, melepas stres, dan semoga kita gunakan untuk menertawakan diri sendiri.

Jadi, apa kesimpulannya? Apakah humor Indonesia semakin baik atau justru menurun kualitasnya? 

Jawabannya: tidak sesimpel itu. Yang jelas, humor relatif berubah seiring dengan perubahan zaman. Saya tidak bisa bilang mana yang lebih keren, tetapi yang pasti, setiap era memiliki ciri khasnya.

10 tahun lagi, anak cucu kita mungkin akan bingung melihat kita tertawa menonton video TikTok. Namun begitulah kita sebagai penikmat humor. Selera kita mungkin bisa berubah, tetapi fungsinya tetap sama: membuat kita tertawa, berpikir, dan terkadang, merasa lebih dekat satu sama lain.

Jadi, lain kali Anda menonton konten komedi, cobalah sekaligus merenungkannya. Apa yang membuat Anda tertawa? Kok bisa begitu? Siapa tahu, dengan memahami evolusi humor ini, kita bisa lebih memahami diri sendiri dan masyarakat kita.

Dan jika Anda masih bingung mengapa rekan kerja senior Anda tertawa menonton film komedi lawas, anggap saja itu misteri yang tidak perlu dipecahkan. Yang penting kan, kita masih bisa tertawa bersama-sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun